Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PBB: 8 Pembantaian Dilakukan Rezim Suriah, Satu oleh Pemberontak

Kompas.com - 12/09/2013, 11:22 WIB
GENEVA, KOMPAS.COM — Sedikitnya delapan pembantaian dilakukan oleh rezim Presiden Bashar Assad dan para pendukungnya di Suriah, serta satu pembantaian dilakukan oleh pemberontak dalam satu setengah tahun terakhir. Demikian disampaikan sebuah komisi PBB, Rabu (11/9/2013).

Penyelidikan komisi PBB itu menyoroti pola memburuknya kekerasan terhadap warga sipil, termasuk eksekusi dan pengeboman rumah sakit, saat pemerintah bertempur untuk merebut kembali wilayah yang jatuh ke tangan para pemberontak, termasuk para petempur Islam warga negara asing yang juga telah melakukan kejahatan perang di negara yang bergolak itu.

"Para pelaku pelanggaran dan kejahatan ini, di semua sisi, telah bertindak menyimpang dari hukum internasional. Mereka sama sekali tidak bertanggung jawab," demikian laporan komisi PBB yang menyelidiki pelanggaran hak asasi manusia di Suriah.

Laporan tersebut memperbarui kerja komisi itu sejak 2011 hingga pertengahan Juli, yang berhenti sejenak karena sesuatu yang disebut AS sebagai serangan senjata kimia pada 21 Agustus, di wilayah yang dikuasai pemberontak, yang menewaskan ratusan warga sipil.

Dengan menyebut Suriah sebagai medan perang, dalam kondisi bahwa angkatan bersenjata bergerak lebih jauh dengan pembunuhan besar-besaran, komisi itu mengatakan bahwa dalam setiap kejadian sejak April 2012 "pembunuhan massal yang disengaja dan identitas pelaku dikonfirmasi dengan standar pembuktian komisi."

Empat ahli independen dari komisi itu juga mencatat bahwa mereka sedang menyelidiki sembilan dugaan pembunuhan massal sejak Maret. Dalam semua hal itu, kata laporan tersebut, pembunuhan tanpa dasar telah dikonfirmasi, tetapi pelaku belum bisa diidentifikasi. Dalam kasus lain, kata laporan tersebut, kondisi pembunuhan tidak cukup jelas untuk dapat menentukan keabsahannya.

"Penembakan tanpa belas kasih telah menewaskan ribuan warga sipil dan membuat penduduk seluruh kota mengungsi. Pembantaian dan pembunuhan tak berdasar lainnya dilakukan dengan impunitas," demikian kesimpulan komisi itu. "Jumlah pria, anak-anak, dan perempuan yang hilang tak terhitung. Banyak yang tewas dalam tahanan. Yang selamat hidup dengan bekas luka fisik dan masalah mental akibat penyiksaan. Rumah-rumah sakit dan sekolah-sekolah telah dibombardir."

Sebuah daftar rahasia para tersangka penjahat dibuat komisi itu dan tersimpan rapat oleh Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, Navi Pillay.

"Itu sebuah daftar yang panjang," kata salah satu anggota komisi itu, Carla del Ponte, kepada wartawan, Senin.

Tuduhan penggunaan senjata kimia yang diterima telah "didominasi oleh pasukan pemerintah," kata komisi itu, tetapi belum bisa menentukan apakah senjata-senjata semacam itu telah digunakan. Komisi itu diharapkan pada akhirnya menilai siapa yang bertanggung jawab, setelah sebuah tim terpisah para inspektur senjata kimia PBB melaporkan bukti tentang penggunaan senjata kimia.

Karena komisi itu belum diberi izin untuk melaksanakan tugasnya di Suriah, informasi dalam laporan terbaru itu didasarkan pada wawancara yang dilakukan di wilayah tersebut dan dari Geneva, termasuk melalui Skype dan telepon.

Komisi mengatakan bahwa timnya yang beranggotakan sekitar 20 peneliti telah melakukan 2.091 wawancara sejak September 2011. Sebagian besar informasi datang dari 2 juta pengungsi Suriah yang mengalir melintasi perbatasan ke negara-negara tetangga.

Komisi itu, yang dibentuk Dewan Hak Asasi Manusia 47 negara PBB, mengatakan bahwa kedua belah pihak telah melakukan kejahatan perang selama konflik keji yang telah berlangsung 2,5 tahun dan telah menewaskan lebih dari 100.000 orang itu.

Dalam pernyataan yang menyertai laporan tersebut, komisi yang dipimpin diplomat dan ilmuwan Brasil, Paulo Sergio Pinheiro, itu mengatakan bahwa sebagian besar korban akibat serangan yang melanggar hukum itu menggunakan senjata konvensional. Apa pun respons untuk mengakhiri konflik itu "harus dilakukan atas dasar perlindungan warga sipil."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com