Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menunggu Realisasi Janji Kampanye PM Tony Abbott

Kompas.com - 08/09/2013, 18:52 WIB
L Sastra Wijaya

Penulis


KOMPAS.com - Dengan menangnya partai koalisi, Liberal dan National, dalam pemilihan umum Australia, Sabtu (7/9/2013), negara itu memiliki perdana menteri baru, yaitu Ketua Partai Liberal Tony Abbott. Sama dengan jutaan warga Australia, negara-negara tetangga termasuk Indonesia sekarang menunggu apakah janji yang diucapkan Tony Abbott selama kampanye akan direalisasikan menjadi kebijakan yang dijalankan pemerintah.

Secara tradisional, seperti diungkapkan oleh berbagai kalangan yang memberikan reaksi atas kemenangan partai koalisi, maka pemerintahan baru Australia ini akan dipimpin oleh seorang tokoh beraliran kanan. Secara tradisional, tokoh ini dianggap akan lebih dekat kepada negara-negara sekutu tradisional seperti Inggris dan Amerika Serikat.

Seorang kolumnis di Inggris menyamakan Tony Abbott dengan mantan presiden Amerika Serikat George W Bush, karena memiliki pandangan "compassionate conservative".

Menarik untuk dilihat apakah Tony Abbott akan mengikuti jalur yang sama seperti yang dilakukan Perdana Menteri Australia sebelumnya dari partai yang sama, John Howard (1996-2007). John Howard dianggap selalu mengekor kepentingan AS dan Inggris, di antaranya dengan mendukung invasi ke Irak, dan Afghanistan.

Sejauh ini, Tony Abbott  sudah menunjukkan perbedaan dengan tidak mendukung agresi apa pun ke Suriah. Namun, ujian sebenarnya baru akan terlihat bila situasi di Suriah tidak kunjung membaik dengan korban semakin bertambah.

Hubungan dengan Indonesia

Hubungan dengan Indonesia-Australia selama enam tahun terakhir di bawah Partai Buruh dipandang sebagai hubungan yang paling "mesra" di mana baik Kevin Rudd maupun Julia Gillard sebagai Perdana Menteri memiliki hubungan kerja yang erat dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Selama kampanye, Tony Abbott sudah menyampaikan dua janji yang saling bertolak belakang dalam hubungannya dengan Indonesia. Yang pertama adalah bahwa kunjungan ke luar negerinya yang pertama adalah ke Jakarta. Dia sudah mendesak agar semua Perdana Menteri Australia di masa depan harus berkunjung ke Indonesia untuk menunjukkan bahwa betapa pentingnya Indonesia dan negara tetangga paling dekat seperti ASEAN bagi Australia.

Namun, dalam kebijakan kedua, Tony Abbott mengatakan bahwa pemerintah akan mengerahkan militer untuk "mengusir" kembali kapal-kapal pencari suaka yang hendak memasuki wilayah Australia.  Kebijakan ini memang tidak secara langsung menyebut Indonesia, namun karena asal kapal pencari suaka kebanyakan berasal dari Indonesia, reaksi dari Jakarta sejauh ini tidak positif atas inisiatif Abbott tersebut.

Menarik ditunggu apakah bila Abbott berkunjung ke Jakarta minggu depan, dia akan menjelaskan lebih lanjut mengenai kebijakan pencari suaka yang akan dijalankannya. Atau, dia akan menunggu lebih lanjut karena sejak Kevin Rudd memutuskan bahwa pencari suaka yang datang ke Australia dipindahkan ke Papua Nugini, dan tidak akan bisa menetap di Australia, jumlah kedatangan pencari suaka agak berkurang.

Seperti disebutkan pemerintah terdahulu, kebijakan ini untuk sementara tampaknya berhasil untuk mengurangi kedatangan pencari suaka. Tony Abbott sebelumnya juga sudah pernah mengatakan akan mengkaji kebijakan PNG ini dan bisa saja melanjutkannya, karena ini juga pernah dilakukan di zaman pemerintahan John Howard.

Dengan demikian, pemerintahan baru Australia di awal-awal pemerintahan akan terhindar dari perbedaan pendapat dengan negara tetangga seperti Indonesia.

Dalam hubungan dengan negara tetangga, menarik juga ditunggu apa yang akan dilakukan pemerintah baru berkenaan dengan Kertas Putih 2025 yang diluncurkan oleh pemerintahan Partai Buruh tahun 2012 yang menekankan pentingnya hubungan Australia dan Asia di masa depan. Kertas Putih ini misalnya menyebutkan pentingnya empat bahasa yaitu Jepang, Mandarin, Hindi (India) dan Bahasa Indonesia untuk diajarkan di sekolah-sekolah.

Melihat berbagai masalah lain yang dihadapi pemerintah lebih banyak, seperti ekonomi yang mulai melesu, pencari suaka, pajak karbon, besar kemungkinan Kertas Putih ini tidak akan banyak diusik dulu. Namun, negara-negara Asia pasti akan dengan seksama memerhatikan apakah Tony Abbott akan berbeda dengan pendahulunya, John Howard, ataukah betul-betul menunjukkan bahwa Asia yang lebih dekat dan lebih penting dibandingkan "sahabat" tradisional seperti Amerika Serikat dan Inggris. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com