WASHINGTON, KOMPAS.com — Setali tiga uang dengan di Inggris, keengganan juga menggayuti warga dan legislatif Amerika Serikat untuk mengirimkan militer negara itu ke Suriah. Keengganan hanya menyusut tipis ketika diketahui rezim Bashar al Assad di Suriah telah menggunakan senjata kimia untuk menyerang rakyatnya sendiri.
Jajak pendapat mendapatkan sebagian besar rakyat Amerika menolak aksi militer yang melibatkan tentara dari Paman Sam. Jajak pendapat Reuters/Ipsos, misalnya, mendapatkan data bahwa mayoritas rakyat Amerika tidak ingin ikut campur dalam konflik Suriah.
Survei sepanjang pekan ini mendapatkan, 53 persen responden berpendapat bahwa Amerika harus keluar dari polemik terkait Suriah. Angka itu turun dari data pekan lalu yang mencatatkan penolakan keterlibatan dinyatakan oleh 60 persen responden.
Dari survei yang sama, hanya 20 persen warga Amerika yang tegas menyatakan negaranya harus segera mengambil tindakan tegas di konflik Suriah. Namun, persentase angka "dukungan" ini meningkat lebih besar dibandingkan penurunan angka "penolakan". Pekan sebelumnya, dukungan cuma disuarakan oleh 9 persen responden.
Sementara para senator Amerika menyatakan masih belum bisa diyakinkan sepenuhnya mendukung aksi militer, meskipun sudah mendapatkan briefing khusus berbasis data intelijen pada Kamis (29/8/2013). Salah satu pertanyaan mereka apakah Pentagon punya cukup dana untuk menyerang Suriah setelah pemotongan anggaran yang mereka terima.
"Saya menentang intervensi militer. Kita tidak memiliki sumber daya," tegas senator Oklahoma, James Inhofe, yang berasal dari Partai Republik, seperti dikutip MSNBC, Jumat (30/8/2013).
Rekan Inhofe di komite angkatan bersenjata, senator Jack Reed yang berasal dari Rhode Island, berpendapat, Pemerintah Amerika harus mencoba mengambil tindakan sepihak. Dia berharap laporan tim penyelidik PBB yang telah mendatangi lokasi serangan di Damaskus, Suriah, dapat membangun dukungan publik.
"Saya pikir temuan akan sangat membantu karena mereka akan memberikan perspektif internasional, salah satu yang berdasarkan fakta, karena mereka berada di tanah (itu). Mereka melihat bukti, akan sangat membantu," papar Reed.
Mantan Presiden George W Bush, yang dalam pemerintahannya terjadi invasi Irak, mengatakan, saat ini Presiden Barack Obama tengah berada pada posisi pengambilan keputusan yang sangat sulit. "Menempatkan militer kita dalam bahaya adalah keputusan terberat yang harus dibuat Presiden," aku George W Bush.