Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Robert Mugabe Kembali Dilantik Menjadi Presiden Zimbabwe

Kompas.com - 22/08/2013, 15:14 WIB

HARARE, KOMPAS.com — Robert Mugabe akan diambil sumpah jabatan untuk kelima kalinya sebagai Presiden Zimbabwe, Kamis (22/8/2013).

Harare merayakan pesta pelantikan tersebut sebagai hari libur nasional dengan acara yang dipusatkan di sebuah stadion olahraga berkapasitas 60.000 orang.

Pelantikan sempat terkendala gugatan dari kubu rival Mugabe dalam pemilu, yang dipimpin mantan Perdana Menteri Morgan Tsvangirai.

Menurut Tsvangirai Mugabe memperoleh kemenangannya dengan jalan intimidasi dan kecurangan, tetapi tudingan ini ditolak Mahkamah Konstitusi Zimbabwe.

Mugabe sudah menjabat sebagai Perdana Menteri Zimbabwe sejak merdeka dari jajahan Inggris tahun 1980 dan 1987. Selanjutnya, dia menjabat sebagai presiden negara itu hingga kini.

Ia diberitakan pernah menyatakan bersumpah akan terus menjadi presiden hingga berumur 100 tahun, dan posisinya saat ini membuktikan Mugabe semakin mendekati ambisinya itu, tulis kantor berita AFP

Tidak berarti

Di dalam negeri, Mugabe dikenal bertangan besi dan tak segan menggunakan kekerasan untuk menghancurkan musuh-musuh politiknya.

Meski sangat berkuasa, banyak pihak berspekulasi tentang usianya dan kondisi kesehatannya yang kerap disebut mulai bermasalah sejak ia sering berobat ke Singapura.

Mulanya disebut-sebut untuk mengobati katarak, belakangan seperti ditulis AFP, Mugabe diduga menderita kanker prostat seperti dibocorkan Wikileaks melalui dokumen diplomatik Pemerintah AS yang dikirim tahun 2008.

Mugabe membantah kabar tersebut dalam sebuah wawacara langka yang dilakukannya dengan koran New York Times menjelang pemilu Juli lalu.

"Umur 89 tahun tidak berarti apa-apa. Saya belum diganti kan? Saya belum habis. Saya belum pikun."

Berita tentang ditolaknya gugatan pesaing oleh Mahkamah Konstitusi ini tidak mengejutkan karena dalam berbagai kasus penting, pengadilan dan hakim, yang diangkat oleh Mugabe, kerap memenangkan posisinya, tulis kantor berita Associated Press.

Sementara itu, Tsvangirai sebelumnya bertindak sebagai perdana menteri dalam pemerintahan koalisi Mugabe yang dibentuk atas desakan para pemimpin Afrika setelah pemilihan umum di negeri itu berakhir dengan kekerasan dan kekacauan politik tahun 2008.

Dalam pemilu Juli lalu, kubu Tsvangirai mengklaim sekitar satu juta pemilih dari total 6,4 juta yang terdaftar, gagal memberikan suara karena dihalangi kubu pendukung pemerintah.

Kondisi Zimbabwe disebut pengamat mengalami kemunduran parah dalam berbagai bidang, termasuk pendidikan yang semula dianggap sebagai salah satu yang terbaik di Afrika. Institusi pendidikan hanya mampu meluluskan 18 persen anak usia sekolah tingkat sekolah dasar.

Di sektor ekonomi, Zimbabwe yang pernah menjadi lumbung pangan Afrika kini juga berubah jadi negara importir bahan makanan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com