Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tepi Barat, Masih Jadi Ancaman Ganjalan Perundingan Baru Israel-Palestina

Kompas.com - 01/08/2013, 08:25 WIB
Palupi Annisa Auliani

Penulis

YERUSALEM, KOMPAS.com — Kesediaan Israel dan Palestina untuk kembali mengikuti pembicaraan damai di Washington, Amerika Serikat, masih punya hambatan besar untuk bisa mencapai kesepakatan besar. Israel menyatakan keberatan dengan tuntutan Palestina agar Israel terlebih dahulu menyepakati batas wilayah kedua negara.

Kepala juru runding Israel, Tzipi Livni, mengatakan kedua belah pihak seharusnya "membangun kepercayaan", setelah bisa berlangsungnya pertemuan Washington yang dia sebut sebagai awal yang membesarkan hati. Pertemuan tersebut bisa digelar kembali setelah tiga tahun tak ada satu pun perundingan yang mempertemukan perwakilan kedua negara.

Livni memperdebatkan tuntutan Palestina untuk terlebih dahulu menyepakati tapal-tapal batas negara merdeka. "Tujuan (pertemuan Washington) adalah untuk mengakhiri konflik," kata Livni kepada Radio Israel. "Untuk itu, tidak bisa dicapai hanya dengan membuat garis batas."

Sementara Yasser Abed Rabbo yang dekat dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas memperkirakan adanya "kesulitan-kesulitan sangat besar" yang dihadapi perundingan. Kepada radio Voice of Palestine, menyatakan pembangunan permukiman Yahudi di Tepi Barat merupakan kesulitan terbesar.

Menurut Rabbo, sikap Israel yang meneruskan pembangunan di Tepi Barat akan membunuh perundingan. Apalagi dia mengaku mendapat informasi bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah membujuk sekutu-sekutunya yang berhaluan kanan-jauh untuk mendukung perundingan Washington, dengan menjanjikan diizinkannya perluasan permukiman.

Dari Washington, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry mengatakan, para juru runding akan bertemu kembali pada Agustus 2013. Menurut dia, pertemuan lanjutan tersebut bertujuan mencapai kesepakatan dalam sembilan bulan ke depan soal "status akhir" atas konflik berkelanjutan kedua negara.

Perundingan serupa pada 2010 mengalami kegagalan karena Israel memutuskan untuk mencabut moratorium pembangunan permukiman Yahudi di Tepi Barat. Palestina menginginkan kawasan ini kembali masuk wilayah mereka, termasuk Jalur Gaza dan Jerusalem timur. Semua wilayah ini direbut Israel pada 1967. Aksi Israel mendapatkan Jerusalem timur tidak diakui masyarakat internasional.

Sementara Palestina menginginkan Jerusalem timur menjadi ibu kota negaranya. Menurut Rabbo, garis batas kedua negara yang baru harus berdasarkan garis batas sebelum perang 1967. Dia mengakui, ini adalah masalah pertama yang harus diselesaikan.

Sebaliknya Isreal bersikeras bahwa semua masalah, termasuk soal pengungsi dan Jerusalem, akan ditangani bersamaan di dalam perundingan. "Memasukkan semua masalah ke meja perundingan pada saat yang sama mungkin merupakan upaya untuk merusak perundingan," tepis Rabbo.

Menteri Keuangan Israel Yair Lapid menetapkan bahwa tujuan terbesar perundingan yang dilakukan adalah menciptakan negara Palestina di "sebagian besar" Tepi Barat, tetapi Israel akan tetap menguasai tiga blok permukiman luas di wilayah itu, juga di Jerusalem timur. Dia berpendapat ada kemungkinan Palestina akan menerima tawaran ini.

"Karena mereka tidak punya pilihan," ujar Lapid, menteri berhaluan tengah di kabinet Israel ini. Menurut dia, yang akan dicari dalam perundingan babak baru kedua negara adalah pemisahan yang adil dari Palestina, sehingga Israel dapat berdiri di satu sisi dan Palestina di sisi yang lain.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com