Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Partai Abe Menangi Pemilu Majelis Tinggi Jepang

Kompas.com - 22/07/2013, 05:35 WIB
Palupi Annisa Auliani

Penulis

TOKYO, KOMPAS.com — Pemilihan parlemen Jepang, Minggu (21/7/2013), menempatkan Partai Demokrat Liberal sebagai pemenang. Kemenangan partai pemerintah ini membuka kemungkinan terjadinya perubahan besar-besaran di Jepang, meskipun negara ini juga terancam kembali ke sistem pemerintahan satu partai yang akan menghilangkan harapan demokrasi kompetitif.

Kemenangan ini akan menempatkan Perdana Menteri Shinzo Abe, seorang nasionalis vokal yang berjanji merevitalisasi perekonomian Jepang dan memperkuat militer, berkesempatan menjadi pemimpin Jepang paling transformatif dalam satu dekade terakhir. Dia akan mengakhiri periode singkat dan tak efektif dari para perdana menteri pendahulunya. Kemenangan ini mengamankan posisinya sampai tiga tahun ke depan.

Setelah bertahun-tahun mengalami perekonomian stagnan bahkan cenderung merosot, masyarakat Jepang terlihat menjadi lebih terbuka untuk perubahan, dengan hasil pemilu ini sebagai salah satu tandanya. Negara tersebut diperkirakan juga bakal kembali memperkuat militer, untuk menjawab tantangan regional di kawasan Asia Pasifik dari China.

Tidak seperti para perdana menteri yang silih berganti sebelumnya, Abe (58) terlihat berkeinginan menjadi agen perubahan. Dalam kampanyenya dia berjanji melakukan perubahan mendasar, meskipun mungkin menyakitkan, dalam kebijakan perekonomian.

Namun, sumpah Abe untuk membawa Jepang bangkit menghadapi China dan keinginannya mengubah konstitusi anti-perang negara tersebut dengan memungkinkannya secara hukum mengelola militer secara penuh, menimbulkan kekhawatiran dia jika melangkah terlalu jauh.

Sepekan sebelum pemilu, Abe adalah perdana menteri pertama Jepang yang mengunjungi pulau tak berpenghuni yang selama ini menjadi jantung sengketa Jepang dan China. Di depan kamera, dia mengangkat alis saat mengendarai tank dan kemudian naik ke sebuah jet tempur.

"Abe memiliki sisi pragmatis dan sisi sangat ,"nasionalistis kata Hiroshi Shiratori, seorang profesor ilmu politik di Hosei University di Tokyo. "Pemilu ini bisa membebaskan dia untuk melakukan lebih dari yang sebelumnya, yang adalah apa yang sesungguhnya dia inginkan."

Dukungan bersyarat...

Pemilu yang digelar pada Minggu (21/7/2013) diikuti oleh 32,6 persen pemilih untuk kemenangan Partai Demokrat Liberal di Majelis Tinggi. Kemenangan mayoritas yang dicapai partai itu semakin mendekatkan paa revisi konstitusi, hal yang belum pernah terjadi sejak konstitusi itu dibuat Amerika Serikat untuk Jepang seusai Perang Dunia II.

Di perhitungan awal, Partai Demokrat Liberal menurut para pejabat partai tersebut telah memenangkan 65 dari 121 kursi yang diperebutkan. Dikombinasikan dengan 11 kursi yang dijamin diraup partai koalisinya, Partai Buddha Kecil, partai ini telah mendapatkan suara mayoritas di ruangan dengan 242 kursi di Majelis Tinggi.

Kelompok oposisi terbesar, Partai Demokrat, mengalami kemunduran parah, dengan hanya mendapatkan 17 kursi dari para pemilih yang masih menyalahkan kegagalan mereka memenuhi janji perbaikan yang diumbar pada pemilu 4 tahun lalu. Pemilu saat itu menggulingkan Partai Demokrat Liberal, dan membawa harapan akan ada dua partai dalam sistem demokrasi yang hidup.

Seusai dipastikan bakal memenangi pemilu, Abe menyatakan terima kasih kepada para pemilih mengakhiri apa yang dia sebut sebagai "twisted parliament". Namun Abe mengakui bahwa dia akan menghadapi tantangan untuk meyakinkan anggota lain DPR dan pemilih untuk menyetujui setiap revisi konstitusi melalui referendum.

"Masih perlu pembahasan meluas dan mendalam soal konstitusi," kata Abe. "(Tapi) pemilih telah memberi kita periode baru stabilitas politik. Jadi kami punya waktu untuk memperdalam pembahasan."

Namun, para pengamat mengatakan kemenangan tujuh bulan sejak Abe menguasai Majelis Rendah ini akan sangat memungkinan terjadinya revisi konstitusi. Bila terlaksana, maka revisi itu akan menjadi yang pertama sejak konstitusi diterapkan pada 1947.

Ditemui di tempat pemungutan suara, para pemilih—menyatakan kekhawatiran terhadah China dan keinginan memiliki pemimpinyang dapat memulihkan posisi Jepang di mata internasionaladalah alasan mereka bersedia untuk setidaknya mencoba beberapa ide Abe.

"Saya setuju dengan Abe," kata Noriaki Hibi, seorang pekerja telekomunikasi 51 tahun di pinggiran Tokyo Sayama. "Mengingat situasi saat ini dengan China, saya pikir kita perlu kesiapan militer."

Lagi-lagi para analis berpendapat dukungan publik saat ini bisa jatuh sewaktu-waktu bila diskusi sudah beralih ke masalah perubahan konstitusi. Jajak pendapat menyatakan mayoritas publik masih menentang perubahan ketentuan antiperang. Dukungan pada Abe juga dinilai terkait berhasil atau tidaknya stimulus ekonomi yang dikenal dengan Abenomics, senilai 5 triliun dollar AS untuk pemulihan ekonomi.

"Ini bukan dukungan tanpa syarat untuk seluruh agenda Mr Abe," kata Jun Iio, seorang ilmuwan politik di National Graduate Institute for Policy Studies di Tokyo. "Dukungan publik bisa menguap jika ekonomi mulai memburuk."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com