Setelah dua tahun konflik bersenjata berlangsung, Suriah kini menjadi magnet para pejuang Sunni dari berbagai negara untuk bergabung dalam sebuah "perang suci" melawan penindas Syiah.
Para pejuang Sunni itu biasanya bertempur bersama Front Al Nusra, yang disebut AS sebagai salah satu cabang Al Qaeda. Para pejuang itu datang dari Libya dan Tunisia yang juga dikoyak konflik serupa sebagai imbas dari gerakan "Arab Spring".
Seorang komandan Taliban di Pakistan mengatakan, kelompoknya memutuskan untuk bergabung dalam perang di Suriah dan telah mengirimkan ratusan pejuang untuk bertempur bersama "rekan-rekan Mujahidin".
"Saat saudara-saudara kami membutuhkan bantuan, kami kirim ratusan pejuang bersama teman-teman Arab kami," demikian pernyataan salah seorang komandan senior Taliban kepada Reuters.
Komandan ini menambahkan, dalam waktu dekat Taliban akan merilis video yang berisi kemenangan mereka dalam perang di Suriah.
Keterlibatan Taliban ini menambah kacau situasi di Suriah, di saat rivalitas antara Tentara Pembebeasan Suriah (FSA) dan kelompok-kelompok militan semakin runcing.
Kelompok militan Islam di Suriah beroperasi dalam kelompok-kelompok kecil yang ternyata jauh lebih efektif dan mampu menguasai sebagian besar wilayah Suriah utara yang dikuasai pemberontak.
Sementara di sisi lain, pasukan rezim Bashar al-Assad juga mendapatkan bantuan dari kelompok Hezbollah Lebanon dan Iran. Sejauh ini bantuan kedua sekutunya itu mampu secara signifikan membantu gerak maju pasukan Pemerintah Suriah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.