LONDON, KOMPAS.com — Dengan suhu udara mencapai 30 derajat celsius pada tengah hari, kota London bukan hanya menghadapi udara terpanas tahun ini, melainkan juga menunggu kelahiran bayi kerajaan.

Kate Middleton (31), istri Pangeran William (31), dari Inggris, diharapkan melahirkan bayinya, Sabtu (13/7/2013) kemarin. Sejak Jumat (12/7/2013) malam hingga Sabtu siang yang terik, puluhan kamera televisi dan media lain sudah siap menunggu di depan RS St Mary’s, tempat Duchess of Cambridge melahirkan bayi pertamanya. Kelahiran ini bukan hanya ditunggu rakyat Inggris, melainkan juga menarik keingintahuan orang di banyak negara.

Pembahasan di media berkisar dari jenis kelamin bayi yang akan segera masuk dalam urutan ketiga pewaris takhta Kerajaan Inggris hingga bagaimana reaksi Kate menghadapi keingintahuan publik yang diwakili media. Situasi ini mengingatkan kita pada mendiang ibu mertuanya, Lady Diana, yang juga menghadapi situasi sama dalam usia lebih muda ketika melahirkan William.

Bagi rakyat Inggris, kelahiran bayi kerajaan ini ditunggu-tunggu karena kelahiran terakhir adalah 30 tahun lalu. Pangeran William meninggalkan tempat dia bertugas di pangkalan AU Inggris, RAF, Jumat, menuju London untuk menemani Kate. Ini adalah kali pertama seorang calon raja menemani istrinya di ruang persalinan. Kate, seperti juga Diana, ingin melahirkan secara alamiah.

Kehadiran bayi kerajaan ini juga ditunggu-tunggu karena mendatangkan bisnis bagi industri pariwisata Inggris. Pusat Riset Ritel Inggris memperkirakan bisnis cendera mata di negara itu akan memperoleh 243 juta pound, tidak termasuk pengeluaran lain dari turisme. Cendera mata sudah mulai dijual yang berhubungan dengan kelahiran ini, tetapi sebagian besar masih menunggu jenis kelamin si bayi sebelum produksi massal dimulai.

Terlebih lagi, bayi kerajaan ini hadir pada bulan Juli, bulan yang sangat hidup di London dengan berbagai pertunjukan musik dan seni bertebaran sepanjang bulan dan turis melimpah di berbagai tempat.

Festival pengukuhan

Keluarga kerajaan tetap populer di mata rakyat Inggris, terutama Ratu Elizabeth II. Memperingati 60 tahun bertakhtanya Ratu Elizabeth, selama 4 hari sejak Kamis lalu diadakan Festival Pengukuhan (Coronation) di halaman belakang Istana Buckingham. Ratu dan keluarga hadir pada acara itu, Kamis.

Festival Pengukuhan yang baru kali pertama diadakan adalah pameran produk asli Inggris yang mendapat restu (warrant) dari Ratu Elizabeth dan suaminya, Pangeran Philip, serta Pangeran Charles, untuk menggunakan lambang kerajaan. Tujuan acara ini adalah mempromosikan produk Inggris ke seluruh dunia.

Ada lebih dari 200 produk mendapat warrant, terbagi dalam kelompok teknologi, kreativitas, makanan dan minuman, termasuk kosmetik hingga peralatan berkuda. Produk yang dipamerkan mulai dari skala besar, seperti perusahaan farmasi Glaxo Smith Kline serta mobil Bentley, Jaguar, dan Land Rover, hingga usaha kecil milik perorangan, seperti pembuat cerobong asap.

Perusahaan teh Twinings termasuk pemilik warrant. Stephen Twining, keturunan ke-10 Thomas Twining, yang mendirikan usaha ini pada 1706 di London, mengatakan, Twinings menjadi pemasok teh resmi untuk Ratu Elizabeth. Untuk memperingati bertakhtanya Ratu Inggris, Twinings membuat campuran teh khusus, Jubilee. Teh ini termasuk yang diperkenalkan bersama 13 jenis teh premium lain dalam Festival Pengukuhan.

Jumat pagi hingga sore, Stephen sibuk melayani tamu yang datang ke gerai Twinings untuk mencicipi tradisi minum teh ala Inggris. ”Dengan mendapat warrant, Twinings boleh memakai lambang kerajaan dan kami memasok teh untuk Ratu. Tetapi, itu berarti tanggung jawab atas kualitas,” kata Stephen Twining.

Pada malam hari festival dimeriahkan konser yang memamerkan bakat kreatif Inggris lintas generasi dan bangsa untuk menggambarkan posisi Inggris di dalam Persemakmuran serta perhatian pada generasi muda.

Dengan cara itu, Kerajaan Inggris mendapatkan relevansi keberadaannya bagi Inggris modern. Memberi inspirasi serta tempat untuk kreativitas dan perkembangan teknologi, melintasi generasi. (Ninuk M Pambudy, dari London, Inggris)