Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perwira Polisi Thailand Didakwa Jual Perempuan Rohingya

Kompas.com - 28/06/2013, 15:50 WIB

BANGKOK, KOMPAS.com — Seorang perwira kepolisian Thailand, Jumat (28/6/2013), didakwa terlibat dalam penjualan manusia setelah membawa seorang perempuan Rohingya keluar dari penampungan yang kemudian diperkosa berulang kali.

Polisi Thailand itu dituduh membawa perempuan berusia 25 tahun itu bersama dua putrinya yang berusia sembilan dan 12 tahun keluar dari penampungan pengungsi di Phang Nga, Thailand Selatan, akhir Mei lalu.

Kepada perempuan itu, tersangka berjanji akan mengantarkan dia ke Malaysia untuk berkumpul lagi dengan suaminya, yang juga warga minoritas Rohingya.

Namun, kenyataannya perempuan itu kemudian ditahan di sejumlah tempat di kawasan tersebut hingga beberapa pekan lamanya. Demikian penjelasan polisi.

Dalam rangkaian pemindahan itu, perempuan tersebut diperkosa berulang kali oleh seorang pria Rohingya yang bekerja menjadi penerjemah. Pria ini sudah ditahan dan didakwa melakukan penyerangan.

Korban bersama kedua putrinya kemudian ditemukan di tepi sebuah jalan dan dikembalikan ke penampungan pengungsi pekan lalu. Di sana, perempuan itu kemudian menghubungi polisi.

"Perwira polisi itu sudah didakwa terlibat dalam perdagangan manusia dan penyalahgunaan wewenang," kata Kolonel Weerasin Kwansaeng, komandan stasiun polisi Kuraburi.

"Korban mengatakan dia dibawa menggunakan mobil dari penampungan sebelum diperkosa," tambah Kwansaeng.

Dia menambahkan, ini adalah kali pertama seorang perwira polisi Thailand dikenai dakwaan terkait perdagangan pengungsi Rohingya.

Para pengungsi perempuan dan anak-anak Rohingya yang lari dari kerusuhan sektarian di Myanmar ditempatkan di sebuah penampungan, sementara ratusan pria Rohingya ditempatkan di pusat detensi imigrasi di provinsi yang sama.

Para aktivis HAM berulang kali menyuarakan keprihatinan terkait cara  Pemerintah Thailand dalam menangani para pengungsi Rohingya. Mereka ditampung dalam kondisi yang buruk dan rentan eksploitasi.

"Kasus perkosaan ini menunjukkan betapa rentannya perempuan Rohingya terhadap perdagangan manusia, meskipun mereka ditampung di fasilitas milik pemerintah yang seharusnya cukup untuk melindungi mereka," kata Direktur Human Right Watch untuk Asia, Brad Adams.

Pada Januari lalu, Pemerintah Thailand membuka sebuah proses investigasi terkait tuduhan bahwa para perwira militer negeri itu terlibat dalam perdagangan pengungsi Rohingya.

Sebanyak 2.000-an pengungsi Rohingya tinggal di rumah-rumah detensi di Thailand sambil menunggu negara ketiga yang mau menampung mereka.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com