Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Figur Multitalenta Menjadi Presiden Iran

Kompas.com - 17/06/2013, 10:29 WIB

Oleh: Musthafa Abd Rahman

Ketika Hassan Rohani diumumkan sebagai presiden terpilih Iran, Sabtu (15/6) malam, kota Teheran segera berguncang bak dilanda gempa bumi. Massa, khususnya generasi muda, secara spontan keluar rumah dan memadati jalan-jalan di Teheran, meluapkan kegembiraan mereka atas terpilihnya Rohani. Banyak yang menyebut membeludaknya manusia di jalan-jalan kota Teheran sebagai ”Musim Semi Iran” yang berhasil menggulingkan dominasi kekuasaan kaum konservatif melalui cara demokratis, yakni pemilihan umum.

Banyak warga Teheran mengatakan, Rohani bukan hanya layak sebagai presiden, melainkan ia justru sudah sangat terlambat menjadi presiden mengingat akumulasi prestasinya yang luar biasa.

Rohani dikenal sebagai sosok multitalenta, mulai dari orator, perunding ulung, peneliti, intelektual, politisi, administrator, dan bahkan figur militer.

Rohani juga adalah satu-satunya ulama di antara enam kandidat presiden Iran. Dia sesungguhnya adalah anggota Jamaah al-Ulama al-Munadzilin (Rouhaniat) yang beraliran konservatif, tetapi ia dikenal memiliki pemikiran moderat, sehingga mendapat dukungan luas dari kubu reformis.

Dalam pemilihan presiden (pilpres) kali ini, Rohani merupakan simbol moderat, bijaksana, dan harapan di antara kandidat presiden lainnya.

Siapa pun yang memberi perhatian terhadap isu program nuklir Iran, tidak akan melupakan peran besar Hassan Rohani ketika menjadi anggota Dewan Keamanan Nasional Iran.

Ia menjabat sebagai Sekretaris Dewan Keamanan Nasional selama 16 tahun (1989-2005). Pada saat itu, ia berperan penting dalam perundingan dengan Barat soal isu program nuklir.

Rohani dikenal memiliki kebijakan luar negeri yang jelas dan luwes terkait berbagai isu strategis Iran, termasuk program nuklirnya.

Rohani saat itu berhasil menghindarkan program nuklir Iran dari forum pembahasan di Dewan Keamanan PBB melalui cara mencapai kesepakatan tertentu dengan Barat.

Lawan-lawan politiknya saat itu mengkritik keras Rohani karena dinilai tunduk pada kemauan Barat. Ia saat itu menjawab dengan mengatakan, isu program nuklir Iran harus tetap memperhatikan kepentingan nasional Iran.

Tak ingin konfrontasi

Rohani juga tercatat memiliki prestasi menghindarkan Iran terjerumus dalam perang, ketika berhasil mencapai kesepakatan dengan troika Eropa (Perancis, Inggris, dan Jerman) untuk membekukan proses pengayaan uranium pada tahun 2005. Kesepakatan tersebut dikenal dengan Kesepakatan Saadabad.

Ia selalu berkata tidak ingin berkonfrontasi dengan masyarakat internasional. Rohani cenderung memprioritaskan berbagai tantangan dalam negeri dan mengutamakan kepentingan nasional serta penyelamatan ekonomi nasional.

Dalam pergaulan internasional, ia pun lebih mengutamakan penggunaan etika.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com