Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Petualang Digital, Jalan-Jalan Sambil Dapat Duit

Kompas.com - 22/03/2013, 11:28 WIB
L Sastra Wijaya

Penulis

ADELAIDE, KOMPAS.com - Bagi banyak orang ini mungkin merupakan kombinasi sempurna bisa berkelana ke pelosok dunia, namun dalam waktu bersamaan tidak takut akan kehabisan uang. Inilah yang sekarang dijalankan oleh mereka yang disebut petualang digital (digital nomads) karena semakin tersedianya fasilitas internet murah seperti wifi di manapun anda berada.

Situs smh.com.au menampilkan 3 warga Australia yang berhasil mengkombinasikan kesenangan mereka melancong dan di sela-sela itu masih bekerja guna menghasilkan uang. James Clark, Pembuat Situs  Clark yang masih menyebut Melbourne sebagai kota asalnya, menggambarkan dirinya sendiri sebagai "wirastawan independen tanpa lokasi".

Hobinya melancong dimulai ketika dia pindah ke Inggris di tahun 1999 setelah mendapat visa kerja selama dua tahun. Sejak itu, keinginannya melancong terjadi bersamaan dengan merebaknya teknologi internet. "Ketika itulah saya menyadari bahwa saya betul-betul menyukai internet, dan suka melancong, dan memutuskan untuk menyatukannya," kata Clark (41) dalam wawancara lewat Skype dari Singapura.

Setelah visa Inggris habis, Clark pindah ke Dublin (Irlandia) dimana dia berencana membuat bisnis yang memungkinkannya tetap melakukan perjalanan. Nyambi kerja sambilan, Clark belajar cara membuat situs internet di sekolah malam. Di tahun 2001, dia membuat situs perjalanan dan di tahun 2003, bisnis bernama Urban Nomad terbentuk. Sekarang Clark menghabiskan 6 bulan di St Kilda Melbourne, dan sisanya untuk bepergian.

Sejak tahun 2010, dia tidak memiliki alamat tetap. Pusat bisnisnya sebagian besar di Australia, dan dia menawarkan web design, e-marketing dan optimalisasi mesin pencarian internet.

Menurut Clark, sebagian besar bisnis datang dari informasi mulut ke mulut atau lewat situsnya: Nomadic Notes. Menurut Clark, dia mendapat komentar yang "menarik" dari teman-temannya mengenai model bisnis yang dijalankannya. "Saya pernah ketemu teman, dan dia bilang "Wah kamu sekarang jadi pengelana tanpa tujuan?". Namun sebenarnya ini bisnis betulan. Saya yakin saya menghabiskan lebih banyak waktu bekerja dibandingkan teman-teman saya." tambah Clark.  

Sementara itu, blogger Makanan Ettenberg (33) yang kelahiran Kanada ini pada awalnya berencana hanya ambil cuti setahun  dari kerjaannya sebagai pengacara di New York untuk bepergian. Namun setahun kemudian berubah menjadi lima tahun, karena blog perjalanannya Legal Nomads mendapat banyak kunjungan. Kerjaannya berubah menjadi penulis dan fotografer lepas, memberikan ceramah, menulis buku dan menjadi konsultan sosial media.

"Selama dua tahun pertama, saya memang menggunakan tabungan saya. Saya membuat blog sendiri dan tidak menggunakan fasilitas di Wordpress," kata Ettenberg. Situsnya sekarang mendapat kunjungan sekitar 150 ribu kali setiap bulan. Dia sudah pernah berkunjung ke Amerika Selatan, Rusia, dan Mongolia, dan saat ini menghabiskan empat bulan bekerja dan tinggal di Ho Chi Minh City (Vietnam).

"Tidak benar hanya karena saya posting gambar sup setiap kali, berarti saya tidak bekerja." kata Ettenberg. "Saya sedang membuat bisnis, dan saya bangga dengan itu." Ettenberg mengatakan dia jarang kesepian karena sering bertemu dengan petualang digital lain, dan secara teratur kembali ke rumah. "Saya tidak berencana jadi petualang digital. Namun saya berhenti bukan karena bosan bekerja kantoran, namun apa yang saya temukan sekarang sesuatu yang baru dan menyenangkan." tambahnya.

Colin Burns, Pengembang Internet Bertualang sendirian mungkin gampang dilakukan, bagaimana bila ada istri dan anak? Itulah yang dilakukan Colin Burns, dan istrinya Tracy, yang meninggalkan Brisbane di bulan Januari 2010 bersama anaknya Noah (sekarang 7) dan Hayley (5). Burns menjual bisnis web design-nya ke perusahaan lain, dimana dia kemudian menjadi salah seorang stafnya. Tetapi dia segera menyadari dia tidak menyukai hal tersebut. Sehari setelah dia berhenti, Burns mendapatkan kontrak membuat web senilai 25 ribu dolar (sekitar Rp 250 juta).

"Ini membuat kami  berpikir bahwa kami tidak harus berada di Australia untuk melakukan kerjaan seperti ini." kata Burns, yang memang ingin menghabiskan lebih banyak waktu bersama anak-anaknya.

"Kami tahu bahwa akan sulit mengurusi anak-anak, tapi di rumah atau bepergian, kesulitannya sama saja." Di tahun pertama, keluarga Burns ini melakukan perjalanan model backpacker. Sementara Tracy mengajar anak-anaknya sendiri, Colin bekerja mendesain web bagi klienya di Australia. Kebanyakan waktu mereka dihabiskan di Asia, dimana biaya hidup murah dan Wifi tersedia dimana-mana.

"Dimanapun di Asia sekarang ada Wifi, paling cuma kalau di pulau terpencil di Thailand kita akan kesulitan." Di bulan Juli nanti, setelah 3 tahun bertualang, Burns dan keluarganya memutuskan untuk menetap di Queenstown (Selandia Baru).

"Rasanya untuk sementara sudah cukup. Anak-anak sudah merasa lelah, Tracy juga begitu."

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com