Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Katiba, Pasukan Perempuan dari Aleppo

Kompas.com - 21/03/2013, 13:02 WIB

DAMASKUS, KOMPAS.com - Perang memang bisa mengubah segalanya, tak terkecuali perang saudara di Suriah. Perang yang sudah berlangsung selama dua tahun ini mengubah banyak hal di negeri itu, termasuk para perempuannya.

Kaum perempuan yang dulu lebih banyak berkecimpung di "garis belakang" misalnya mengurus anak dan rumah tangga, kini akibat perang kaum hawa juga harus berada di garis depan.

Tak sedikit para perempuan Suriah yang mengangkat senjata. Di kota Aleppo yang hancur karena perang, terdapat sebuah unit tempur yang seluruh anggotanya adalah perempuan.

Sekitar 150 orang perempuan membentuk katiba atau batalion yang perannya cukup nyata dalam memerangi pasukan pemerintah Suriah.

Katiba, yang anggotanya sebagian besar adalah perempuan Kurdi, bertempur bersama Pasukan Pembebasan Suriah (FSA) menghadapi pasukan pemerintah di jalanan kota terbesar kedua Suriah itu.

"Komite Rakyat Kurdi membentuk batalion tempur perempuan pertama di Suriah, terdiri atas 150 orang perempuan pejuang. Unit ini dinamai Batalion Martir Rokan," kata kelompok Pengamat HAM Suriah.

"Sudah banyak perempuan yang angkat senjata baik bersama pemberontak atau dengan pasukan pemerintah. Namun ini adalah batalion perempuan pertama," kata Direktur Pengamat HAM Suriah, Rami Abdel Rahman.

"Perempuan sekarang memainkan peran penting dalam pertempuran di Suriah," kata Rahman.

Batalion perempuan ini dibentuk di Ifrin, lokasi bentrokan antara para pejuang Kurdi dan pejuang Arab pro-Assad pada akhir 2012.

Pasukan Assad mundur dari wilayah mayoritas Kurdi pada 2012, sementara suku Kurdi tersebad di berbagai tempat memerangi pasukan pemerintah. Sebagian lagi memilih netral dalam konflik ini.

Sebuah kesepakatan di Ras-al-Ain dekat perbatasan Turki, mengakhiri perseteruan antara suku Kurdi dan para pemberontak Islam. Meski sejumlah aktivis meragukan masa depan kesepakatan yang rapuh itu.

Pembentukan batalion perempuan Kurdi ini terjadi sebuah setelah pasukan pro-rezim Assad membentuk Pasukan Pertahanan Nasional, sebuah unit paramiliter yang anggotanya adalah perempuan dari beragam usia.

Seorang aktivis di provinsi pesisir Latakia mengatakan perempuan sering bertugas untuk mengirimkan senjata dan pasiokan logistik untuk para pemberontak. Sebab, perempuan biasanya jarang diperiksa petugas di pos-pos keamanan.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com