Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

John Howard: Banyak Kesalahan Selama Perang Irak

Kompas.com - 17/03/2013, 10:29 WIB
L Sastra Wijaya

Penulis

CANBERRA, KOMPAS.com - Mantan perdana menteri Ausralia, John Howard, mengakui banyak kesalahan yang dilakukan pasukan koalisi yang dipimpin Amerika Serikat selama perang Irak. Namun dia masih bersikeras bahwa keputusan untuk menginvasi Irak, merupakan keputusan yang tepat.

Amerika Serikat memutuskan untuk menyerang Baghdad 19 September 2003, dan pekan ini kontroversi mengenai perang Irak kembali ramai di Australia, menyusul 10 tahun peristiwa tersebut.

Mantan menteri luar negeri Australia di bawah pemerintahan John Howard, Alexander Downer, baru-baru ini mengungkapkan bahwa Sekjen PBB Kofi Annan menuduh mantan diplomat Australia dan kepala pemeriksaan senjata PBB Richard Butler, sebagai orang yang menyebabkan perang Irak terjadi.

Seperti dilaporkan situs news.com.au, Sabtu (16/3/2013), melihat kembali ke belakang, John Howard mengatakan Irak sekarang menjadi lebih baik tanpa adanya Saddam Hussein. "Setelah invasi, banyak kesalahan yang dibuat, khususnya dalam mempreteli Angkatan Bersenjata Irak," kata Howard.

Menurut dia, hampir semua orang percaya bahwa Saddam Hussein memiliki senjata pemusnah massal, dan juga membantah data intelijen mengenai masalah ini direkayasa. Howard juga mengatakan, apa yang terjadi di Irak mungkin menjadi salah satu penyulut apa yang disebut Arab Spring, perubahan di negara seperti Mesir, Tunisia, dan Libya dalam beberapa tahun terakhir.

Namun, mantan Kepala Angkatan Bersenjata Australia, Jenderal Peter Gration, yang menjadi penentang perang Irak, mengatakan perang itu "tidak bermoral, ilegal dan tidak diperlukan."

Menurut laporan koresponden Kompas di Australia, L Sastra Wijaya, Gration mengatakan bahwa keterlibatan Australia di Perang Irak merupakan salah satu keputusan strategis paling konyol dalam sejarah Australia. "Jumlah korban sipil dan kerusakan luar biasa besar, dan inilah untuk pertama kalinya dalam sejarah, Australia menyerang sebuah negara yang tidak melakukan apa-apa terhadap kita. Kita harus memastikan bahwa hal seperti ini tidak terjadi lagi." kata Gration.

Sementara itu, Alexander Downer yang menjadi Menlu Australia dari tahun 1996-2007 mengatakan, PBB sudah mengumpulkan laporan mengenai persenjataan Irak selama bertahun-tahun. Downer mengatakan minggu ini bahwa Sekjen PBB Kofi Annan pernah mengatakan kepadanya bahwa dia sama sekali heran bekas kepala pemeriksaan senjata PBB Richard Butler, sekarang bisa menjadi Gubernur Negara Bagian Tasmania.

"Annan mengatakan kepada saya, kalau tidak ada Richard Butler, tidak akan ada perang Irak," kata Downer.

Namun Butler membantah pernyataan tersebut. "Apa yang dikatakan bersalah dari Kofi Annan tidak benar." katanya.

Australia mengirim 500 tentara ke Irak, sebagai bagian dari koalisi internasional. Tidak seorang pun yang tewas di Irak, namun enam warga Australia yang bekerja sebagai kontraktor keamanan tewas.

Di kalangan penduduk Irak, mereka yang tewas akibat perang tersebut diperkirakan sekitar 110.000 orang. Sekitar 10.000 tentara dan polisi Irak tewas, 1,24 juta orang mengungsi dari rumah mereka akibat perang di dalam Irak, dan 1,6 juta orang menjadi pengungsi di negara lain.

Dari media, 150 wartawan tewas dalam konflik tersebut, 14 orang di antaranya tewas di tangan tentara Amerika Serikat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com