Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Makin Banyak WNI Berganti Kewarganegaraan Singapura

Kompas.com - 23/02/2013, 07:29 WIB
Kontributor Singapura, Ericssen

Penulis

SINGAPURA, KOMPAS.com — Data dari Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Singapura menunjukkan bahwa semakin banyak warga negara Indonesia yang memilih berganti kewarganegaraan menjadi warga Singapura sepanjang dua tahun terakhir. Menurut data itu, dari angka 630 pada tahun 2010, jumlah WNI yang berganti kenegaraan naik menjadi 870 pada tahun 2012 lalu. Walaupun begitu, angka tersebut masih di bawah rekor tertinggi, yaitu 1.180 pada tahun 2008.

Kebanyakan dari mereka yang memilih menjadi penduduk negeri jiran itu adalah warga yang telah menikah dengan warga Singapura. Mereka berasal dari berbagai etnis, seperti Jawa, China, dan Sunda.

Salah soerang warga, Eggy Laxmi, menceritakan bahwa dia memutuskan "menanggalkan" paspor Indonesia karena dia kesulitan mencari pekerjaan di Jakarta. Saat ini, dia telah menikah dengan pria Singapura.

Yoga Dirga Cahya, Presiden Komunitas Indonesia di Singapura, menjelaskan bahwa Singapura tetap menjadi negara yang paling diburu kewarganegaraannya disebabkan oleh tingkat keamanan yang tinggi, pendidikan yang berkualitas, dan juga prospek lapangan kerja yang cerah. Namun, Yoga juga menambahkan bahwa masih banyak warga Indonesia yang tetap mempertahankan paspor Indonesianya. Kuatnya ikatan dengan keluarga menjadi faktor utama menolak mengganti kebangsaan.

Lulusan Nanyang Technological University, Ilmu Biologi, ini juga menuturkan keyakinannya bahwa tidak akan ada gelombang besar pergantian kewarganegaraan dalam beberapa tahun ke depan. "Ekonomi kita sedang melesat dengan baik dan semakin banyak peluang untuk berwiraswasta," jelasnya.

Menyusul meningkatnya protes warga terhadap meningkatnya jumlah imigran asing, Pemerintah Singapura diberitakan akan semakin memperketat syarat untuk menjadi warga negara dan juga Permanent Resident (PR). "Tidaklah mengagetkan jika banyak warga Indonesia yang buru-buru menjadi penduduk negeri kota ini sebelum peraturan semakin ketat," jelas Professor Hoon Chang Yau, pakar budaya etnis China di Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com