Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rusia Desak Bentuk Sistem Pertahanan Anti-Asteroid

Kompas.com - 19/02/2013, 08:38 WIB

MOSKWA, KOMPAS.com "Planet Bumi ini memang rapuh," kata Presiden Rusia Vladimir Putin, sesaat setalah ledakan meteor di langit Pegunungan Ural, Jumat pekan lalu, yang mencederai hampir 1.200 orang. Gelombang kejut ledakan meteor tersebut dan serpihan-serpihannya yang menyebar ke segela arah menghancurkan kota industri Chelyabinsk, yang berpenduduk 1,13 juta orang.

Beberapa jam kemudian, asteroid 2012 DA14 yang telah dipantau secara saksama melintasi Bumi di jarak hanya 17.200 mil (27.681 km). Asteroid itu, yang ukurannya setara dengan kolam renang olimpiade, merupakan benda langit dengan ukuran sebesar itu yang pernah diketahui paling dekat berada dengan Bumi.

Beberapa hari setelah peristiwa di Ural tersebut, Kremlin menyerukan kepada negara-negara kuat dunia untuk segera mengembangkan teknologi dan sistem persenjataan guna menghancurkan asteroid dan meteor yang mengancam Bumi. "Ketimbang bertarung di Bumi, orang harus menciptakan sistem pertahanan terhadap asteroid gabungan," seru Alexei Pushkov, sekutu dekat Presiden Vladimir Putin dan ketua komite urusan luar negeri parlemen Rusia.

Pushkov mendesak AS, Rusia, dan China bergabung guna menciptakan sebuah Sistem Pertahanan Anti-Asteroid. Ia memperingatkan bahwa penciptaan sistem itu jauh lebih mendesak daripada prioritas Amerika terhadap sebuah sistem pertahanan perang bintang yang berbasis di Eropa yang ditujukan untuk menghalangi serangan-serangan dari negara-negara yang nakal.

Wakil Perdana Menteri Rusia Dmitry Rogozin menjelaskan bahwa Rusia akan memimpin sebuah prakarsa internasional terhadap langkah tersebut. "Saya telah berbicara tentang perlunya inisiatif internasional yang bertujuan menciptakan sistem peringatan dini yang juga akan mencegah benda-benda berbahaya dari angkasa luar mencapai Bumi," kata dia. "Umat manusia harus menciptakan sebuah sistem untuk mengidentifikasi dan menetralkan benda-benda yang menimbulkan bahaya bagi Bumi."

Rogozin mengatakan, Bencana di Ural itu, yang menyebabkan kerusakan pada ratusan bangunan akibat bola api dari angkasa luar berbobot sepuluh ton yang berkekuatan bom nuklir, merupakan sebuah peringatan bagi dunia, yang tidak siap menghadapi ancaman tersebut. "Rusia dan negara-negara besar lainnya harus memiliki sistem pemantauan dan pengendalian ruang angkasa, tetapi terutama diarahkan untuk melakukan pemantauan saat pesawat ruang angkasa mungkin nyaris mengalami bahaya ketika berdekatan dengan sampah-sampah antariksa itu," katanya.

Tugas pokoknya "bukan menunggu insiden baru terjadi, melainkan mengantisipasi".

Dia meminta para pemain internasional untuk melakukan usaha mereka secara bersama-sama ketimbang "menumpuk perangkat-perangkat militer di antariksa, yang bertujuan hanya menurunkan pertahanan planet kita".

Rogozin berharap insiden terbaru itu akan membuat "para pejabat negara-negara kuat itu memikirkan isu-isu yang lebih penting dan melihat melampaui batas ruang".

Dalam daftar NASA, ada sekitar 1.300 batu ruang angksa terkait "asteroid yang berpotensi berbahaya", tetapi banyak yang tidak terlacak seperti yang telah meledak di langit Chelyabinsk di Pegunungan Ural itu.

Yayasan B612 yang berbasis di AS, yang anggotanya mencakup para veteran NASA, mengatakan bahwa tubrukan yang nyaris terjadi pada Jumat lalu itu merupakan peringatan. "Dari jutaan asteroid sebesar atau lebih besar dari 2012 DA14, kita hanya bisa melacak kurang dari 10.000," kata organisasi itu.

Alexander Pochinok, seorang mantan pejabat di Kremlin, menyerukan adanya inisiatif bersama dari AS, Rusia, dan Uni Eropa. "Kita jelas punya kebutuhan untuk membuat sejumlah stasiun dekat dengan Bumi, dengan teleskop yang kuat dan canggih," katanya.

"Barangkali perhitungan dapat menunjukkan kepada kita bahwa kita bahkan dapat membawa senjata nuklir ke orbit. Tidak mungkin untuk membayangkannya sekarang. Ini masalah perhitungan, kita perlu mencari tahu apa yang perlu dilakukan untuk mendeteksi meteorit, asteroid, untuk meramalkan kedatangannya, mengubah lintasannya, menghancurkannya. Ini tugas fisika dan ilmu rekayasa."

Ilmuwan terkemuka Andrei Kokoshin menekankan, "Ini waktu yang tepat untuk menciptakan sebuah pusat internasional umum guna memantau dan menanggapi ancaman dari ruang angkasa. PBB harus membuat sebuah panitia khusus dalam strukturnya untuk mengoordinasikan berbagai upaya itu."

Berita terkait, baca di: Ledakan Meteor di Rusia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com