Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Obama: Hidup Ribuan Orang Hancur karena Senjata Api

Kompas.com - 13/02/2013, 12:14 WIB

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Presiden AS Barack Obama, dalam pidato kenegaraannya di hadapan Kongres, Selasa (12/2/2013), dengan sangat emosional kembali menyampaikan niatnya untuk memberlakukan pengasan senjata api yang lebih ketat.

Di hadapan keluarga korban kekerasan senjata api yang hadir menyaksikan pidato itu, Obama mendesak agar suara para korban kekerasan senjata api didengar di tengah debat perlu tidaknya pembatasan lebih ketat atas kepemilikan senjata api di AS.

Para keluarga korban yang hadir mengenakan pita berwarna hijau yang disematkan di pakaian mereka melambangkan dukungan atas rencana pengetatan kepemilikan senjata api. 

Kampanye ini semakin menguat sejak Desember lalu, setelah penembakan SD Sandy Hook yang menewaskan 26 orang.

"Sudah dua bulan sejak tragedi Newtown. Saya tahu ini bukan kali pertama negeri ini memperdebatkan pengurangan kekerasan senjata api. Namun yang satu ini berbeda," kata Obama di depan anggota Kongres.

Sejumlah jajak pendapat yang mengatakan sebagian besar warga AS kini mendukung undang-undang baru yang membatasi akses warga untuk memiliki senjata api, atau setidaknya untuk memiliki senapan serbu standar militer. Merujuk hasil sejumlah jajak pendapat itu Obama menegaskan sudah tiba saatnya Kongres menetapkan undang-undang baru.

"Sebab, dalam dua bulan sejak tragedi Newtown, lebih dari seribu ulang tahun, upacara kelulusan dan ulang tahun pernikahan sudah terenggut karena peluru senjata api," kata Obama.

"Salah satu korban tewas adalah seorang gadis bernama Hadiya Pendleton. Dia baru berusia 15 tahun. Dia adalah seorang mayoret. Dia anak yang baik di mata teman-temannya," tambah Obama.

"Hanya tiga pekan lalu, di di sini, di Washington besama teman-teman sekolahnya, tampil dalam upacara pelantikan saya. Sepekan sesudahnya, dia tewas ditembak di sebuah taman di Chicago saat pulang sekolah, hanya satu kilometer dari kediaman saya," sambung Obama.

Obama memperkenalkan orangtua Hadiya yang hadir dalam ruangan itu dan menyampaikan rasa hormatnya kepada para korban penembakan. Sikap Obama itu mengundang air mata dan tepuk tangan panjang hadirin yang menyaksikan pidato otu.

"Orangtua Hadiya, Nat dan Cleo ada di ruangan ini bersama puluhan warga Amerika lain yang kehidupannya hancur karena kekerasan senjata," Obama menegaskan.

"Mereka layak mendapatkan undang-undang baru," kata Obama dengan tegas.

Obama lalu menyebut semua insiden penembakan yang terjadi di masa pemerintahannya, termasuk insiden penembakan yang menimpa anggota kongres Gabby Gifford pada 2011 lalu.

Diperkirakan sebanyak 310 juta pucuk senjata api non-militer beredar di seluruh AS pada 2009. Jika dihitung secara kasar, maka rata-rata tiap orang di AS memiliki satu pucuk senjata.

Akibatnya, seorang warga AS memiliki risiko tewas tertembak 20 kali lebih besar ketimbang warga negara lain di dunia.

Saat ini Wakil Presiden Joe Biden tengah bekerja untuk opsi pengetatan pengawasan senjata api dan memimpi para senator Demokrat untuk mempersiapkan undang-undang yang akan melarang kepemilikan senjata api berkapasitas besar dan senapan serbu militer.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com