Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

China Khawatirkan Konflik di Myanmar

Kompas.com - 15/01/2013, 08:10 WIB

BEIJING, KOMPAS.com - Pertempuran di Myanmar antara pemerintah dan pemberontak kelompok etnis Kachin yang telah mendekat ke perbatasan China, telah menjadi perhatian Beijing.

Laskar Kemerdekaan Kachin Myanmar mengatakan tiga warga sipil tewas dalam serangan artileri, dalam pertempuran antara pemberontak etnis dan pasukan pemerintah hari Senin.

Kira-kira 15.000 orang pengungsi telah berlindung di kamp Laiza di Myanmar utara sejak konflik dimulai 18 bulan lalu. Dalam beberapa pekan terakhir, Laiza sendiri telah menjadi zona perang, ketika tentara Myanmar menggunakan kekuatan udara dan artileri untuk menyerang kubu pemberontak.
 
Pertempuran itu mendekat ke perbatasan China, dan pemberontak mengatakan beberapa tembakan meriam Myanmar telah mengenai wilayah China. Surat kabar China Global Times melaporkan Senin (14/1) bahwa pihak berwenang di sekitar desa-desa China sedang mempersiapkan masuknya sebanyak 10.000 pengungsi.
 
La Rip, koordinator badan pengungsi Kachin, mengatakan tidak ada komunikasi dengan pejabat China tentang memindahkan orang-orang yang mengungsi akibat kekerasan itu.
 
"Mereka mestinya telah memperkirakan masuknya para pengungsi itu. Tapi saya tidak mengetahui apakah mereka berniat untuk menerima atau memukimkan para pengungsi itu di China. Tapi saya belum melihat atau mendengar bagaimana mereka mempersiapkan atau menempatkan para pengungsi itu nantinya,” kata Rip.
 
Agustus lalu, para pejabat China memaksa keluar puluhan ribu pengungsi Kachin yang mencari perlindungan di China.  Dalam konferensi pers hari Senin, juru bicara Menteri Luar Negeri China Hong Lei tidak membenarkan atau membantah laporan apakah China menerima pengungsi.  Dia berharap pemerintah Myanmar dapat meredakan ketegangan melalui negosiasi damai dengan pihak-pihak terkait, mencegah meningkatnya konflik dan menyelesaikan sengketa dengan baik.
 
Hong Lei mengatakan China telah mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk meningkatkan pengawasan perbatasan demi keselamatan warga China dan  properti mereka di perbatasan.
 
Sejak awal konflik, perdagangan perbatasan telah menurun drastis, dan merugikan perekonomian lokal di Yunnan.
 
Sementara pembicaraan damai antara pemerintah dan Kachin masih berlangsung, banyak orang yang meragukan bahwa mereka akan mampu mencapai kesepakatan. Analis Myanmar Bertil Lintner mengatakan proses perdamaian sudah tidak murni lagi karena serangan terus berlangsung selama perundingan-perundingan itu.
 
Presiden Myanmar Thein Sein, yang dipuji karena upaya reformasinya, dalam media milik pemerintah pada hari Jumat, memuji militer atas kontribusi mereka terhadap proses perdamaian, meski adanya laporan mengenai jatuhnya korban sipil.
 
Amerika dan negara-negara Barat lainnya telah menyatakan keprihatinan tentang perang itu dan mendesak semua pihak untuk terlibat dalam perundingan damai.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com