Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Artis Israel Bernyanyi bagi Perdamaian Iran-Israel

Kompas.com - 22/08/2012, 10:47 WIB

TEHERAN, KOMPAS.com — Arshia, seorang salesman toko musik berusia 23 tahun di Teheran, ragu-ragu sebelum memutar album berbahasa Persia yang dinyanyikan Rita, penyanyi pop terkemuka Israel. Lagu-lagu Rita dilarang di Iran.

Dia mengecilkan suara sound system toko demi menghindari perhatian orang-orang yang lewat. Dia berbisik bahwa CD itu semakin populer meskipun peredarannya dihambat.

Lagu-lagu Rita memang dilarang di tempat kelahirannya, Iran. Ketegangan terus meningkat antara Iran dan Israel setelah sebuah harian Israel, Haaretz, mengatakan bahwa para pemimpin Israel sedang mempertimbangkan untuk mengebom fasilitas nuklir Iran sebelum pemilu AS pada 6 November mendatang.

"Orang bertanya kepada saya, 'Apakah Anda benar-benar akan membuat album dalam bahasa (Presiden Iran Mahmoud) Ahmadinejad?'" tutur Rita yang kini berusia 50 tahun dalam sebuah wawancara. "Dan saya menjawab, 'Saya harus melakukannya. Itu mengalir dalam diri saya'."

Maliheh, seorang ibu rumah tangga Iran yang berusia 65 tahun, terpana saat melihat Rita bernyanyi di sebuah saluran televisi satelit. "Gole Sangam adalah tentang bunga yang mekar di atas batu," katanya dalam sebuah pesta di rumahnya. "Itu berarti bahwa seseorang dapat mengatasi setiap kesulitan dan bertumbuh karena kesulitan-kesulitan itu."

Rita pindah dari Iran ke Israel ketika ia berusia delapan tahun. Dia punya sekitar 40 lagu yang populer dan disebut sebagai penyanyi perempuan papan atas Israel pada perayaan 60 tahun lahirnya negara itu. "Ibu saya, adik saya, dan saya sangat rindu akan Iran. Kami akan senang berkunjung (ke sana)," katanya.

Lagu-lagu Rita menyebar pada saat rezim Iran "semakin tidak populer" dan orang-orang ingin tahu tentang Israel, kata Meir Javedanfar, seorang pengamat Iran-Israel di Herzliya Interdisciplinary Centre di Israel.

Rita mengatakan, dia termotivasi untuk membuat rekaman karena tindakan-tindakan para penguasa Iran. "Saya melihat ada tembok besar yang pemerintah bangun di antara rakyat," katanya. "Saya tidak berpikir rakyat menginginkan hal itu. Saya mulai percaya bahwa kita rakyat bisa menggaruk tembok itu, atau mungkin membuat sebuah lubang kecil."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com