Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Thaksin: Amnesti adalah Kunci Rekonsiliasi

Kompas.com - 18/07/2012, 10:52 WIB
Kistyarini

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Mantan Perdana Menteri Thailand yang kini menjadi pelarian, Thaksin Shinawatra, menyatakan bahwa amnesti adalah "kunci rekonsiliasi".

"Setiap orang mengatakan hal yang sama, bahwa rekonsiliasi harus mencakup amnesti," katanya dalam sebuah diskusi di Strategic Review Forum di Jakarta, Selasa (17/7/2012) malam. "Dan sudah terlambat bagi Thailand untuk mewujudkan rekonsiliasi."

"Jika Anda belajar untuk mengampuni, itulah satu-satunya kunci, itulah kunci rekonsiliasi. Saya mendesak semua pihak di Thailand untuk mengampuni," kata Thaksin.

Juni lalu, Pemerintah Thailand mengatakan menunda pemungutan suara di parlemen untuk proposal "rekonsiliasi" yang kontroversial, yang memicu ketegangan politik di negara kerajaan itu.

Rancangan undang-undang itu ditentang oleh anggota partai oposisi yang khawatir akan digunakan untuk memberi amnesti kepada Thaksin, yang digulingkan oleh militer pada kudeta 2006.

Mantan taipan telekomunikasi itu kini tinggal di Dubai untuk menghindari hukuman penjara dalam perkara korupsi. Dia dicintai warga pedesaan dan kaum miskin Thailand karena kebijakan-kebijakannya yang populis saat masih berkuasa. Sebaliknya, dia menjadi politisi paling dibenci kalangan elite yang menilainya membahayakan kerajaan.

Adik Thaksin, Yingluck Shinawatra, kini menjadi Perdana Menteri Thailand, setelah partainya memenangi pemilihan umum tahun lalu.

Salah satu poin dalam RUU, yang bertujuan mengamandemen konstitusi kerajaan, membuat marah para pendukung kerajaan yang berpendapat RUU merupakan upaya untuk melemahkan kerajaan.

Pengadilan Konstitusi Thailand pada Jumat (13/7/2012) menyatakan bahwa gugatan terhadap rencana partai Yingluck untuk mengamandemen konstitusi adalah tidak berdasar. Perlu diketahui, konstitusi itu dibuat oleh junta militer yang mendongkel Thaksin.

Thaksin sendiri membantah keinginannya kembali ke Thailand itu terkait dengan putusan Pengadilan Konstitusi. "Saya pikir Pengadilan Konstitusi tidak ada hubungannya dengan apakah saya pulang atau tidak," katanya. "Kami ingin melihat konstitusi diamandemen secara demokratis."

Mei lalu, ribuan pengunjuk rasa kaum royalis "Kaus Kuning" memblokade parlemen untuk mencegah wakil rakyat bersidang tentang rencana rekonsiliasi.

Pada 2010, demonstrasi besar-besaran para pendukung Thaksin "Kaus Merah" menentang pemerintah sebelumnya dan berubah menjadi kekerasan sipil terburuk di kerajaan itu selama puluhan tahun. Lebih dari 90 orang terbunuh akibat tindakan keras militer terhadap para demonstran "Kaus Merah".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com