Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Taliban Nikmati Panen Raya Opium

Kompas.com - 23/04/2012, 14:45 WIB

KOMPAS.com — Bagi rakyat Afganistan, hari-hari ini merupakan awal masa panen poppy atau opium. Ini terlihat dari stasiun bus Kandahar yang dipadati kaum lelaki, dari anak-anak berumur 10 tahun hingga orang dewasa, yang mencari pekerjaan sebagai penyadap opium.

Seorang pemilik ladang opium di Provinsi Helmand juga ke stasiun itu untuk mencari pekerja dalam musim panen yang pendek itu. Dia memerlukan 20 pekerja.

"Saya memiliki 50 hektar ladang di desa saya di distrik Khaneshin dan menanami semuanya dengan opium," katanya.

Dua pertiga penghasilan dari ladangnya akan diserahkan ke kelompok Taliban setempat sebagai biaya perlindungan. Dia masih memiliki sisa 10.000 hingga 15.000 dollar AS, tergantung dari harga opium di pasaran lokal dan asing.

"Dari mana lagi saya bisa mendapatkan uang sebanyak itu?" katanya.

Selama lebih dari satu dekade pascainvasi pasukan Sekutu pimpin Amerika Serikat yang berhasil menggulingkan kekuasaan Taliban, Afganistan, sudah memproduksi 90 persen opium ilegal dunia. Sebagian besar hasilnya untuk mendanai para gerilyawan militan. Pahadal, Barat sudah mengeluarkan biaya besar untuk program pemberantasan opium.

Pada 2011, Afganistan memproduksi 5.800 ton opium, naik dari 3.600 ton pada tahun sebelumnya, menurut laporan PBB yang dirilis Januari lalu. Provinsi Helmand sendiri menjadi penghasil 60 persen opium dunia.

Sabtu (21/4/2012), di stasiun Kandahar itu, sekitar 2.000 lelaki muda dan anak-anak menunggu untuk melakukan perjalanan ke Helmand dan bergabung dalam neishtar.

Neishtar adalah kata dari bahasa Parsi untuk tombak kecil yang digunakan untuk mengiris pohon opium agar getahnya muncul, kemudian dibiarkan mengering lalu dipanen.

Musim neishtar hanya berlangsung selama 15 hingga 20 hari pada bulan April. Dan, setiap tahun penduduk desa dari seluruh wilayah selatan Afganistan pergi bekerja di ladang-ladang opium Helman yang sangat luas. Selama itu mereka mendapat bayaran 40.000 afgani atau sekitar 800 dollar AS.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com