Anak Buah Ceroboh, Kepala Polisi Korsel Mundur

SEOUL, KOMPAS.com - Kepala kepolisian nasional Korea Selatan mengundurkan diri, Senin (9/4/2012), setelah jajarannya melakukan kecerobohan sehingga tidak bisa menggagalkan pemerkosaan dan pembunuhan terhadap seorang perempuan.

Publik Korsel marah besar setelah seorang perempuan ditemukan tewas dengan tubuh terpotong-potong 13 jam setelah dia menelepon nomor darurat kepolisian untuk melaporkan upaya pemerkosaan.

Kepala kepolisian nasional Korsel Cho Hyun-Oh menyatakan mundur sebagai bentuk tanggung jawab atas "kecerobohan yang tak terampuni" kepolisian. Cho juga memohon maaf kepada keluarga korban.

"Saya menyampaikan penyesalan yang paling dalam atas ketidakpedulian polisi yang menyebabkan kejadian mengerikan ini dan atas upaya untuk menutup (kasus) ini dengan kebohongan," kata Cho dalam konferensi pers.

Potongan tubuh perempuan 28 tahun itu ditemukan pada Senin (2/4/2012) di Kota Suwon, sebelah selatan Seoul. Padahal 13 jam sebelumnya dia menelepon untuk meminta bantuan polisi.

Perempuan itu menjelaskan dengan detail lokasi rumahnya sebelum seseorang berhasil mendobrak pintu kamarnya pada 1 April malam. Saluran telepon itu terbuka selama lima menit dan suara jeritan korban dan pemohonannya pada pelaku untuk tidak membunuhnya masih terdengar.

Polisi menemukan pelakunya, seorang pekerja migran keturunan Korea-China berusia 42 tahun, tengah memasukkan potongan tubuh korban ke dalam kantung sampah di rumahnya.

Polisi mengaku adanya kesalahan komunikasi antara pusat panggilan darurat dengan petugas patroli dan kerumitan birokrasi. Hal-hal itulah, menurut polisi, yang menyebabkan mereka mencari di alamat yang salah selama beberapa jam.

Polisi juga mengakui telah membesar-besarkan jumlah personel polisi yang dikerahkan untuk mengecek lingkungan tempat kejadian perkara ketika kasus itu menjadi berita besar.

Cho berjanji akan membantu keluarga korban mendapatkan santunan yang layak dari pemerintah. Presiden Lee Myung-bak akan menerima pengunduran diri Cho, kata staf presiden kepada kantor berita Yonhap.