Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ledakan Guncang Baghdad, Krisis Politik Memburuk

Kompas.com - 23/12/2011, 07:12 WIB

BAGHDAD, KOMPAS.com - Kecemasan akan situasi Irak pasca-mundurnya pasukan AS dari negeri itu kian menjadi kenyataan. Seiring krisis politik yang melibatkan elite negara itu, serangkaian ledakan dahsyat terjadi secara serempak, Kamis (22/12/2011) di berbagai distrik di Baghdad, baik distrik Syiah maupun Sunni.

Televisi satelit Alarabiya menyebut, sedikitnya 63 orang tewas dan 167 luka-luka akibat insiden itu. Kementerian Dalam Negeri Irak kepada Alarabiya mengungkapkan, sedikitnya ada 11 ledakan ranjau darat di pinggir jalan dan bom mobil yang mengguncang Baghdad.

Ledakan itu terjadi saat lalu lintas kendaraan dan pejalan kaki sedang padat sehingga jumlah korban tewas dan luka-luka cukup banyak. Ledakan dahsyat terjadi di distrik yang dihuni mayoritas Sunni, seperti Distrik Karada, Adhamiyah, dan Shaala. Di Distrik Karada yang berada di pusat kota Baghdad saja 18 orang tewas dan 44 lainnya luka-luka.

Para analis mengatakan, rangkaian ledakan itu tidak lepas dari konflik yang melibatkan elite politik Sunni dan Syiah di Irak. Hal itu dikhawatirkan akan memicu konflik sektarian yang lebih luas antara Syiah dan Sunni di Irak.

Belum ada pihak yang mengklaim bertanggung jawab atas peristiwa itu. Sebelumnya pelaku serangan bom besar selalu dituduhkan kepada aliansi sisa loyalis partai Baath dan Tanzim Al Qaeda. Namun, krisis politik serius yang menimpa Irak belakangan ini menimbulkan spekulasi tentang siapa di balik serangkaian serangan bom itu.

Dalam konteks krisis politik belum ada titik terang tercapainya solusi kompromi, mengingat pihak-pihak yang berseteru bersikeras dengan sikapnya masing-masing. Deputi Perdana Menteri Irak Saleh Mutlak dalam wawancara dengan Alarabiya mengungkapkan, krisis politik di Irak masih buntu. Mutlak adalah salah satu pejabat yang dipecat PM Nouri al-Maliki karena menyebut Maliki diktator yang lebih buruk dari Saddam Hussein.

"Saya bertahan di pemerintahan untuk meringankan krisis Irak. Saya sejak awal tidak setuju dengan cara PM Al-Maliki memerintah. Namun, saya ingin memberi kesempatan agar suatu saat ada perubahan lebih baik, tanpa harus terjadi krisis seperti ini," ungkap Mutlak.

Mutlak, yang menjadi anggota Blok Irak, membantah jika kelompok pimpinan Iyad Alawi itu menjadi penyebab terjadinya krisis politik saat ini. Menurut dia, bukan Blok Irak yang memilih waktu terjadinya krisis, tetapi justru Blok Irak dipaksa terlibat dalam krisis itu.

Blok Irak pimpinan Iyad Alawi adalah saingan berat Koalisi Negara Hukum pimpinan Al-Maliki dalam pemilu parlemen bulan Maret 2010. Blok Irak yang terdiri dari gabungan faksi Sunni dan Syiah meraih 91 kursi. Adapun koalisi negara hukum mendapat 89 kursi.

Mutlak kepada televisi Aljazeera menyerukan agar Al-Maliki mengundurkan diri. Adapun Wakil Presiden Tareq Hashemi menyebut, perintah penangkapan atas dirinya merupakan konspirasi buatan Al-Maliki yang mengusung agenda sektarian.

Sementara itu, Al-Maliki bersikukuh menolak solusi kompromi. Ia mengancam, jika Blok Irak menarik para menterinya dari kabinet akan segera dibentuk pemerintahan baru berintikan koalisi nasional. Koalisi negara hukum pimpinan Al-Maliki adalah anggota koalisi nasional yang berasal dari faksi-faksi politik Syiah. (MTH)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com