Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bolivia Tak Mau Lagi Pangan Impor

Kompas.com - 27/06/2011, 17:44 WIB

KOMPAS.com - Bolivia membuat perubahan terkait ketahanan pangan dalam negeri. Penandanya adalah penandatanganan undang-undang baru terkait produksi pangan. Menurut warta AP dan AFP pada Senin (27/6/2011), Presiden Evo Morales yang langsung meneken peraturan baru tersebut.

Di bawah undang-undang itu, perusahaan milik negara akan memproduksi benih dan pupuk untuk keperluan pertanian. "Saudara-saudaraku, saat kita menjadi pemain dalam rantai produksi maka kita akan tingkatkan produksi pangan," kata Presiden Morales di hadapan pendukungnya.

Dengan undang-undang ini, pemerintah Bolivia juga bertujuan menyelamatkan keanekaragaman hayati dan mengakhiri ketergantungan pangan negeri itu pada luar negeri.

Pemerintah Bolivia selama 10 tahun terakhir menginvestasikan anggaran sebesar 500 juta dollar AS atau lebih dari R p4,3 triliun untuk memberikan kredit ringan bagi petani.

Pemerintahan Evo Morales berkeinginan untuk meningkatkan kualitas tumbuhan melalui seleksi alam bukan rekayasa genetika. Pemerintah Bolivia khawatir benih-benih rekayasa genetik itu akan mengkontaminasi tumbuhan asli Bolivia. Selain itu, benih-benih hasil rekayasa genetika itu terbukti terlalu mahal bagi para petani kecil Bolivia.

Benar

Sementara itu, perwakilan Bolivia untuk Badan Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) Lisa Panades mengatakan undang-undang itu merupakan langkah awal menuju arah yang benar. "Undang-undang itu bertujuan menciptakan kondisi untuk meningkatkan produksi pangan, terutama di antara para petani kecil," kata Lisa.

Namun, dia mengakui undang-undang ini tentu tidak cukup. "Dengan dukungan pemerintah dan jika diterapkan dengan baik, kedaulatan pangan Bolivia bisa terjamin," ujarnya.

Bolivia terbukti sangat terpengaruh dengan fluktuasi harga pangan dunia. Sebagai contoh, harga gula naik dua kali lipat awal tahun ini. Di sejumlah kawasan dataran tinggi, warga mulai mengkonsumsi pasta dan nasi ketimbang melahap penganan tradisional karena meningkatnya harga.

Pada Februari lalu, Presiden Morales batal tampil di depan warga kota tambang Oruro, karena terjadi unjuk rasa besar terkait minimnya persediaan dan kenaikan harga pangan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com