Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Zuma: Khadafy Siap Gencat Senjata

Kompas.com - 31/05/2011, 11:17 WIB

TRIPOLI, KOMPAS.com — Serangan bom baru terdengar di dekat Tripoli, Selasa (31/5/2011) pagi, beberap jam setelah Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma mengadakan pembicaraan dengan Moammar Khadafy dan mengindikasikan bahwa pemimpin Libya itu siap menerima rencana Uni Afrika bagi sebuah gencatan senjata. Sekitar pukul 24.45, Selasa dini hari, dua ledakan terdengar saat jet tempur terbang di atas ibu kota Tripoli.

Seorang pejabat Pemerintah Libya mengatakan, serangan pertama menyasar ke Abu Sita, sebuah bekas pusat militer yang terletak sekitar 10 kilometer dari pusat kota. Belum ada indikasi di mana ledakan kedua terjadi. Tanggapan NATO, yang telah melakukan seragan secara teratur sebagai bagian dari misi untuk menghentikan pasukan Khadafy membunuh warga sipil tak berdosa, juga belum ada.

Beberapa jam sebelum serangan itu, Zuma keluar dari sebuah pertemuan dengan Khadafy. Ia menyatakan bahwa pemimpin Libya itu siap untuk mengakhiri permusuhan, termasuk mengakhiri serangan udara dan pertempuran dengan pasukan oposisi yang berbasis Benghazi. Namun, Zuma tidak memberikan indikasi bahwa Khadafy bersedia mundur, sebagaimana yang diinginkan para pemimpin oposisi dalam tuntutan utama mereka.

"Saudara pemimpin, pada hari ini, mengambil posisi bahwa ia siap untuk melaksanakan keputusan Uni Afrika (bahwa) harus ada gencatan senjata," kata Zuma kepada para wartawan di Bandara Internasional Mitiga, Tripoli, sebelum naik ke pesawat. "Pandangan itu harus mencakup pengeboman oleh NATO juga harus berakhir," katanya dalam sebuah konferensi pers, yang disiarkan di televisi Pemerintah Libya.

Zuma menambahkan, "Khadafy mengatakan, gencatan senjata harus berlaku untuk semua pihak, tetapi juga dia menegaskan bahwa biarkan rakyat Libya diberi kesempatan untuk berbicara di antara mereka sendiri. Karena itu, dia siap untuk melaksanakan peta jalan dari Uni Afrika."

Tidak seperti sejumlah pemimpin dunia lain, Zuma tidak menyerukan kepada pemimpin Libya itu untuk mundur. Pada April lalu, Zuma memimpin sebuah delegasi Uni Afrika ke Tripoli. Saat itu harapan sempat mencuat ketika Uni Afrika mengumumkan bahwa Khadafy sepakat, pada prinsipnya, dengan usulan "peta jalan" perdamaian dari Uni Afrika.  Namun, Khadafy melanjutkan serangannya dan oposisi Libya menolak proposal tersebut karena tidak memenuhi permintaan bahwa ia harus menyerahkan kekuasaan yang telah diembannya selama 42 tahun.

Uni Afrika telah membantu menengahi sejumlah perundingan perdamaian di Afrika, termasuk di Kenya dan Zimbabwe, dengan hasil pemimpin yang berkuasa tetap di kursinya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com