Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rahasia Tahanan Guantanamo Bocor

Kompas.com - 26/04/2011, 07:55 WIB

WASHINGTON, KOMPAS.com - Seorang tersangka gembong terorisme global yang ditahan di penjara Guantanamo mengaku pernah menyuruh orang membunuh Presiden Pakistan Pervez Musharraf. Ia juga mengatakan, kelompok teroris telah menyembunyikan sebuah bom nuklir di suatu tempat di Eropa dan siap meledakkan bom itu apabila Osama bin Laden tertangkap atau terbunuh.

Demikian beberapa hal baru yang terungkap dalam ratusan dokumen rahasia terkait para tersangka terorisme yang ditahan di penjara Guantanamo milik Pemerintah AS. Dokumen-dokumen tersebut didapatkan oleh situs pembocor rahasia Wikileaks, kemudian disebarkan ke media massa utama negara Barat, Minggu (24/4) malam.

Wikileaks membocorkan sedikitnya 779 dokumen rahasia Laporan Pemeriksaan Tersangka (Detainee Assessment Briefs/ DAB), yang berisi, antara lain, hasil interogasi para tahanan yang pernah menghuni Guantanamo sejak 2002.

Dokumen yang dibuat pada masa pemerintahan George W Bush tersebut mengungkapkan beberapa tahanan ternyata jauh lebih berbahaya daripada yang diduga sebelumnya. Salah satu tahanan itu adalah Khalid Sheikh Mohammed, tokoh di balik serangan 11 September 2001.

Saat diinterogasi, Khalid mengaku kelompoknya telah menyembunyikan bom nuklir di Eropa dan akan menyebarkan ”badai neraka nuklir” apabila gembong teroris Osama bin Laden tertangkap atau terbunuh dalam perang melawan terorisme.

Khalid juga pernah memerintahkan warga Baltimore, AS, membunuh Presiden Pakistan (saat itu) Musharraf dengan meledakkan bom bunuh diri.

Selain berisi kisah-kisah pribadi sebagian tahanan itu saat ikut membesarkan Al Qaeda di Afganistan pada 1990-an, dokumen ini mengungkapkan hanya sekitar sepertiga dari total jumlah tahanan yang pernah menghuni penjara Guantanamo masuk kategori ”berisiko tinggi” terlibat terorisme.

Sisanya adalah orang-orang tak bersalah yang salah tangkap. Dari total 779 orang yang pernah ditahan di Guantanamo, tinggal 172 orang yang masih ditahan di penjara di Kuba itu. (AP/AFP/Reuters/CNN.com/DHF)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com