Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Obama Batal Telepon SBY karena WikiLeaks

Kompas.com - 15/03/2011, 10:48 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Satu rencana pembicaraan via telepon antara Presiden AS Barack Obama dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) cepat-cepat dibatalkan setelah kawat-kawat diplomatik AS yang melaporkan kepada Washington bahwa SBY dan keluarganya terlibat korupsi terkuak di media.

Harian Australia, The Sydney Morning Herald, Selasa (15/3/2011), melaporkan, rencana pembicaraan telepon tersebut telah diatur sebelum harian yang sama dan koran Australia lainnya, yaitu The Age, menerbitkan tuduhan-tuduhan dalam kawat-kawat diplomatik AS, Jumat lalu, yang diperoleh dari WikiLeaks. Tuduhan-tudahan dalam kawat itu telah dibantah SBY dan sejumlah orang yang dikutip kawat-kawat itu sebagai sumber.

Obama seharusnya menelepon SBY pada hari Jumat tetapi "ketika kasus WikiLeaks tersebut mencuat, pembicaraan itu pun tidak terjadi" kata sumber terpercaya harian tersebut. Masih menurut sumber itu, tujuan awal pembicaraan telepon itu adalah untuk membahas KTT Asia Timur yang akan datang, yang akan diselenggarakan di Indonesia.

AS membatalkan rencana telepon setelah berdiskusi dengan para pejabat dari istana Presiden. Sydney Morning Herald mengutip Juru Bicara Presiden Teuku Faizasyah yang memastikan tidak adanya telepon itu, tetapi Teuku mengecilkan maknanya dengan mengatakan "penjadwalan untuk telepon-telepon semacam itu selalu cair".

Meskipun demikian, hubungan AS-Indonesia tegang menyusul terbitnya kawat-kawat dan laporan-laporan bahwa SBY telah memerintahkan untuk menghentikan upaya penyelidikan korupsi terhadap Taufik Kiemas, suami Megawati Soekarnoputri, menggunakan badan intelijen untuk memata-matai saingan, dan menerima dana dari pengusaha Tomy Winata yang kontroversial melalui seorang perantara.

Tak hanya itu, kawat-kawat tersebut juga mengatakan, Kristiani Herawati, istri SBY, menggunakan perannya "demi keuntungan pribadi dengan bertindak sebagai broker atau fasilitator untuk usaha bisnis'.

Pemerintah telah menyatakan bahwa tuduhan dalam kawat-kawat itu sama sekali tak berdasar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com