Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dikejar Tsunami dari Aceh hingga Jepang

Kompas.com - 15/03/2011, 07:32 WIB
Oleh: Ahmad Arif

Zahrul Fuadi (39) serta keluarganya harus mengalami gempa dan tsunami terdahsyat dalam catatan sejarah dua kali dalam hidup. Ia nyaris menjadi korban gempa dan tsunami yang menerjang Aceh, 26 Desember 2004, lalu kini mengalami gempa dan tsunami yang melanda Jepang pada Jumat (11/3). ”Kami dikejar tsunami dari Aceh hingga Jepang,” katanya.

Saat tsunami menerjang Aceh, Zahrul dan keluarganya selamat setelah melarikan diri dengan sepeda motor.

”Waktu itu beruntung, setelah gempa, kami pergi naik sepeda motor. Dengan demikian, saat tsunami datang, kami bisa pergi lebih cepat dibandingkan orang-orang Aceh lainnya,” paparnya. Namun, rumah dan segenap isinya di Simpang Mesra, Lamgugop, Banda Aceh, rusak diterjang tsunami. Mereka pun harus menjadi pengungsi.

Setahun setelah bencana Aceh, pengajar Teknik Mesin di Universitas Syah Kuala ini mendapatkan beasiswa doktoral dari Tohoku University, Sendai, Jepang. Ia pun memboyong istrinya, Dewi Karyani, dan anak-anaknya ke Jepang. ”Saya sudah enam tahun ini di Jepang dan sebenarnya sudah mau kembali ke Aceh. Tetapi, ternyata harus mengalami kembali bencana gempa besar lagi,” kata Zahrul, yang kini mengambil program pascadoktoral.

Begitu gempa menggoyang Jepang, Zahrul tengah presentasi di lantai tiga kampusnya, Tohoku University. ”Goyangannya keras sekali. Semua yang di ruangan langsung ke bawah meja,” ujarnya.

Mahasiswa program pascadoktoral ini pun langsung teringat kenangan pahit di Aceh. Ia mengatakan, ”Di Jepang sering mengalami gempa, tetapi gempa Jumat lalu beda. Rasanya mengayun lama dan sangat kuat, sekitar 2 menit, sama dengan yang saya rasakan di Aceh waktu itu. Saya langsung terpikir, pasti terjadi tsunami.”

Dan, tsunami benar terjadi. Beruntung tsunami tak menjangkau kampusnya yang berjarak sekitar 15 kilometer dari laut dan posisinya cukup tinggi. Namun, Zahrul tetap harus meninggalkan Sendai dan kembali menjadi pengungsi. Kota Sendai, yang paling dekat dengan titik pusat gempa, nyaris lumpuh. Zahrul dievakuasi Tim Bantuan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) dan kini bersiap-siap pulang ke Indonesia. ”Sebenarnya berat meninggalkan Jepang karena anak-anak sedang banyak tugas di sekolah. Demikian juga saya,” paparnya.

Namun, Zahrul tidak memiliki banyak pilihan. ”Kami harus banyak bersyukur karena masih selamat dari dua bencana terbesar yang pernah tercatat sejarah,” ungkapnya.

Dikejar air

Kedahsyatan tsunami di Jepang, Jumat siang itu, dirasakan betul oleh Haryadi Budi Susanto (32), mahasiswa doktoral di Tohoku University. Ketika gempa mengguncang, ia hanya berjarak 2 kilometer dari bibir pantai. Sehari sebelumnya, ia ditelepon sahabatnya, Nanto, nelayan Indonesia yang bekerja untuk kapal pencari ikan Jepang. Keduanya berjanji bertemu di pasar ikan Shiogama, Sendai, Jumat sekitar pukul 16.00.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com