Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemilu Inggris: Tak Ada Mayoritas Mutlak

Kompas.com - 08/05/2010, 00:58 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Inggris telah menyelenggarakan proses demokrasi melalui pemilihan umum  pada 6 Mei dan belum satu pun dari tiga partai yang berkompetisi meraih suara mayoritas mutlak, kata Duta Besar Inggris untuk Indonesia Martin Hartful di Jakarta, Jumat (7/5).

"Seperti di Indonesia, Inggris menyelenggarakan proses demokrasi dan penghitungan suara masih berlangsung," kata Hartful kepada wartawan di sela detik-detik penghitungan suara pemilihan umum Inggris yang disiarkan langsung melalui jaringan televisi.

Mantan Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono, mantan Menteri Luar Negeri Hasan Wirajudha dan sejumlah duta besar beserta diplomat menghadiri acara tersebut.

Para kandidat dari Partai Konservatif yang dipimpin David Cameron, Partai Buruh (Gordon Brown) dan Partai Liberal Demokrat Nick Clegg) bersaing di 42.000 tempat pemilihan umum di seluruh wilayah Inggris.

Partai-partai tersebut berusaha menginginkan sebanyak mungkin kandidatnya menang di tiap konstituen agar dapat memberikan lebih banyak kursi di parlemen dan bahkan mungkin saja mendapatkan hak untuk membangun satu pemerintahan.

Pemilihan umum di Inggris biasanya berlangsung setiap lima tahun sekali meski perdana menteri bisa saja langsung diangkat atau diberhentikan kapan pun.

Selama masa pemilihan umum, Inggris dibagi menjadi beberapa wilayah yang disebut dengan konstituensi. Dari segi ukuran, tiap konstituen bisa beragam namun pada umumnya terdiri dari 68.500 pemilih. Untuk pemilihan umum 2010, Inggris terbagi menjadi 650 konstituensi, 533 di Inggris, 59 di Wales, 40 Skotlandia dan 18 di Irlandia Utara.

Para pemilih bisa memberikan suara di konstituensi mereka kepada salah satu kandidat yang bersaing untuk pemilihan umum. Suara diputuskan berdasarkan prinsip "first-past-the-post"- kandidat yang memperoleh suara terbanyak di satu konstituensi diputuskan sebagai pemenang. Kandidat dinobatkan sebagai perwakilan konstituensi pada "House of Commons" dan menjadi anggota resmi parlemen (MP).

Lebih jauh Dubes Hartful mengatakan pada pemilihan-pemilihan umum sebelumnya, pemenang sudah dapat diketahui segera. Tapi pada pemilihan kali ini, menurut dia, partai yang keluar sebagai pemenangnya belum jelas karena kemungkinan perolehan suara di antara ketiga partai tak berbeda jauh.

Dubes Hartful juga mengatakan bahwa susunan kabinet baru dalam pemerintahan Inggris belum dapat diketahui segera karena masih sangat bergantung pada siapa pemenang pemilu. "Saya tak bisa memperkirakan kapan susunan kabinet baru diumumkan," katanya.

Ketika ditanya tentang dampak hasil pemilu Inggris terhadap Indonesia khususnya dan kebijakan luar negeri Inggris termasuk masa depan tentara negara Eropa itu yang ditempatkan di Afghanistan, ia enggan memberikan jawaban.

Dubes Hartful juga tidak bersedia memberikan komentar lebih jauh tentang kebijakan-kebijakan yang akan diambil pemerintahan baru jika terbentuk nanti. "Saya tak bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan itu dan kita tunggu hasilnya nanti," kata Hartful seraya meninggalkan wartawan sambil memperagakan tangannya seolah-seolah mengiris lehernya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com