Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Garda Revolusi Ancam Uwak Sam dan Inggris

Kompas.com - 20/10/2009, 01:39 WIB

TEHERAN, KOMPAS.com - Pemimpin Garda Revolusi Iran, Senin (19/10), berjanji akan "membalas" AS dan Inggris setelah menuduh kedua negara itu dan tetangga Iran, Pakistan, mendukung militan yang melancarkan serangan yang menewaskan enam komandan pasukan elit tersebut.
      
Media Iran mengatakan, kelompok gerilya muslim Sunni Jundallah (Prajurit Tuhan) mengklaim bertanggung jawab atas pengeboman Minggu di provinsi Sistan-Baluchestan yang menewaskan 42 orang, termasuk komandan-komandan Garda Revolusi Iran itu.
      
Panglima Garda Revolusi Mohammad Ali Jafari mengatakan, para pejabat Iran memiliki dokumen-dokumen yang menunjukkan "hubungan langsung" Jundallah dengan organisasi-organisasi intelijen AS, Inggris, dan "sayangnya" juga Pakistan, kata kantor berita ISNA.
      
"Di belakang peristiwa ini adalah aparat-aparat intelijen Amerika dan Inggris, dan harus ada langkah-langkah pembalasan untuk menghukum mereka," kata Jafari, seperti dikutip ISNA.
      
Jundallah, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan-serangan sejak 2005 di provinsi gurun yang berbatasan dengan Pakistan, mengatakan, mereka berperang untuk mengakhiri diskriminasi terhadap Muslim Sunni oleh mayoritas Syiah di Iran. Pemimpin kelompok itu adalah Abdolmalek Rigi.
      
Jafari mengatakan, Rigi dan rencana-rencananya "secara pasti berada di bawah payung dan perlindungan" organisasi-organisasi AS, Inggris dan Pakistan, namun ia hanya menyebutkan ancaman pada AS dan Inggris.
      
Televisi Iran mengutip Jendral Mohammad Pakpour, panglima pasukan darat Garda Revolusi, yang mengatakan, "Pangkalan teroris dan pemberontak tidak berada di Iran. Mereka dilatih oleh Amerika dan Inggris di sejumlah negara tetangga."
      
AS, Pakistan dan Inggris mengutuk serangan itu, pengeboman paling mematikan di Iran sejak perang 1980-1988 dengan Irak, dan mereka semua membantah terlibat.
      
Sehari sebelumnya, Minggu, kantor berita Fars mengumumkan nama 35 orang yang tewas dalam serangan itu dan mengatakan, penyerang melakukan aksi bunuh diri itu ketika perwira-perwira Garda Revolusi bertemu dengan para pemimpin masyarakat Sunni dan Syiah.
      
Menurut Fars, di antara mereka yang tewas adalah Jenderal Nur-Ali Shushtari, deputi panglima pasukan darat Garda Revolusi, Jenderal Mohammad-Zadeh, panglima Garda Revolusi di provinsi Sistan-Baluchestan, komandan kota Iranshahr dan komandan satuan Amir al-Momenin. Tiga komandan lain dari provinsi berdekatan juga tewas dalam pengeboman itu.
      
Sejumlah pemimpin suku pada pertemuan itu di provinsi Sistan-Baluchestan yang merupakan ajang pemberontakan Sunni itu juga tewas dalam serangan tersebut.
      
Minggu, ketua parlemen Iran Ali Larijani juga menyatakan bahwa AS terlibat dalam serangan mematikan itu. "Kami menganggap serangan teroris terkhir ini merupakan hasil dari tindakan AS. Ini tanda permusuhan AS terhadap negara kami," katanya.
      
"Tuan Obama telah menyatakan bahwa ia akan mengulurkan tangannya kepada Iran, namun dengan aksi teroris ini ia telah membakar tangannya," kata Larijani, menunjuk pada tawaran diplomatik Presiden AS Barack Obama kepada Iran.
      
Pemerintah Washington langsung membantah keterlibatan dalam serangan bom mematikan di Iran dan malah mengutuknya. "Kami mengutuk aksi terorisme ini dan berkabung atas kematian orang-orang yang tidak berdosa," kata jurubicara Kementerian Luar Negeri AS Ian Kelly dalam sebuah pernyataan di Washington, Minggu.
      
"Laporan-laporan bahwa AS dituduh terlibat tidak benar sama sekali," katanya.
      
Para pejabat Iran sebelumnya telah menuduh Inggris dan AS mendukung pemberontak minoritas etnik seperti Jundallah yang beroperasi di daerah-daerah perbatasan sensitif, khususnya di provinsi Sistan-Baluchestan.
      
Korps Garda Revolusi, yang kini diyakini mencakup lebih dari 100.000 prajurit, bertugas menangkal ancaman-ancaman dari kelompok gerilya kiri dan aparat militer yang tetap setia pada mantan Shah Iran dukungan AS yang digulingkan dalam revolusi Islam pada 1979.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com