Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tujuh Ulama Dibunuh di Pangkalan Bajak Laut

Kompas.com - 13/08/2009, 06:01 WIB

MOGADISHU, KOMPAS.com - Kelompok orang bersenjata yang memakai penutup wajah membunuh tujuh ulama Pakistan di sebuah masjid di daerah Puntland, Somalia, Rabu (12/8), kata penduduk dan pejabat setempat.
      
Puntland merupakan pangkalan bajak laut yang melakukan perompakan di kawasan Teluk Aden, namun sejauh ini wilayah itu dalam keadaan tenang, tidak seperti penjuru-penjuru lain Somalia.
      
Sejumlah warga mengatakan, penembakan itu terjadi setelah shalat subuh di masjid di kota Galkayo dan ditujukan pada kelompok 25 ulama yang sebagian besar orang Pakistan yang tiba di wilayah semi-otonomi utara itu pada Selasa.
      
"Enam orang Pakistan tewas seketika di lokasi kejadian dan satu lagi tewas di rumah sakit akibat luka-lukanya. Orang-orang ini adalah ulama dari Karachi, Pakistan," kata kepala daerah Galkayo Hussein Abdullahi kepada Reuters melalui telepon.
      
"Pasukan Puntland kini mengepung daerah sekitar masjid itu untuk melindungi ulama-ulama syeikh yang lain," katanya.
      
Kekerasan meningkat di Somalia dalam beberapa waktu terakhir ini.
      
Dalam bentrokan paling akhir di Mogadishu, sedikitnya enam orang tewas ketika orang-orang bersenjata dari dua kelompok pro-pemerintah terlibat dalam tembak-menembak dengan senjata berat di kawasan persimpangan strategis K4 di kota itu.
      
Sementara itu, seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri Pakistan mengatakan, pemerintahnya telah mengetahui laporan dari Galkayo itu namun belum bisa berkomentar sampai memperoleh penjelasan terinci lebih lanjut dari para diplomat negara itu di Afrika timur.
      
Menteri penerangan Puntland tewas dibunuh di daerah yang sama pekan lalu, dan penduduk mengatakan bahwa serangan Rabu itu mungkin dilakukan karena kecurigaan bahwa para ulama itu memiliki hubungan dengan Al-Qaeda.
      
Namun, media lokal Shabelle mengatakan, masjid tempat para ulama itu seringkali menerima tamu anggota-anggota Tablighi Jamaat, sebuah gerakan keagamaan yang didirikan di India pada 1926 yang tampil bersahaja di depan umum dan menyatakan tidak terlibat dalam politik.
      
Rabu, kelompok garis keras al-Shabaab mengungkapkan kesedihan dan amarah atas pembunuhan para ulama itu, dalam pernyataan kepada wartawan di Mogadishu. "Mereka adalah ulama yang menyebarkan agama Islam," kata Syeikh Ali Mohamud Rage, juru bicara al-Shabaab.

"Kami akan melakukan pembalasan kami dan menangkap orang-orang yang membunuh mereka," lanjutnya.
      
Somalia dilanda pergolakan kekuasaan dan anarkisme sejak panglima-panglima perang menggulingkan diktator militer Mohamed Siad Barre pada 1991. Penculikan, kekerasan mematikan dan perompakan melanda negara tersebut.
      
Sejak awal 2007, gerilyawan menggunakan taktik bergaya Irak, termasuk serangan-serangan bom dan pembunuhan pejabat, pekerja bantuan, intelektual dan prajurit Ethiopia.
      
Ribuan orang tewas dan sekitar satu juta orang hidup di tempat-tempat pengungsian di dalam negeri akibat konflik tersebut.
      
Pemerintah sementara telah menandatangani perjanjian perdamaian dengan sejumlah tokoh oposisi. Namun, kesepakatan itu ditolak oleh al-Shabaab dan kelompok-kelompok lain oposisi yang berhaluan keras.
      
Washington menyebut al-Shabaab sebagai sebuah organisasi teroris yang memiliki hubungan dekat dengan jaringan Al-Qaeda pimpinan Osama bin Laden.
      
Selain pemberontakan berdarah, pemerintah Somalia juga menghadapi rangkaian perompakan di lepas pantai negara itu. Pemerintah transisi lemah Somalia tidak mampu menghentikan aksi perompak yang membajak kapal-kapal dan menuntut uang tebusan bagi pembebasan kapal-kapal itu dan awak mereka.
      
Perompak, yang bersenjatakan granat roket dan senapan otomatis, menggunakan kapal-kapal cepat untuk memburu sasaran mereka. Perairan di lepas pantai Somalia merupakan tempat paling rawan pembajakan di dunia, dan Biro Maritim Internasional melaporkan 24 serangan di kawasan itu antara April dan Juni tahun lalu saja.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com