Pasukan Myanmar menembaki dan mencoba menyerang lima perkemahan pemberontak Karen. Kelompok-kelompok kecil penduduk desa terus melarikan diri. ”Ini adalah salah satu eksodus terbesar dalam sepuluh tahun ini,” kata jubir Karen, David Thaw.
Pasukan Thailand telah dikirim ke sepanjang perbatasan dalam hari-hari terakhir untuk mencegah merembetnya pertempuran ke wilayah Thailand.
Uni Nasional Karen (KNU) telah berjuang 60 tahun lebih untuk mendapatkan otonomi yang lebih besar dari pemerintah militer Myanmar. Namun, kekuatan KNU telah mengecil satu dekade terakhir karena ofensif tentara dan perpecahan di dalam KNU.
Sekitar 100.000 pengungsi, sebagian besar etnis Karen, kini berlindung di Thailand. Mereka semua melarikan diri untuk menghindari dampak operasi militer terhadap pemberontak.
Badan-badan bantuan kemanusiaan mengatakan, hampir setengah juta lainnya menjadi pengungsi di dalam wilayah Myanmar timur.
David Thaw mengatakan, kamp Ler Per Her di Myanmar, yang menjadi tempat perlindungan pengungsi, telah ditinggal. Pasukan pemerintah bersama pasukan Tentara Karen Buddha Demokrat mencoba menyerbu lima posisi pemberontak Karen di daerah kamp itu.
Tentara Karen Buddha Demokrat pecah dari Uni Nasional Karen yang mayoritas Kristen tahun 1995. Karen Buddha bergabung dengan pihak pemerintah.
”Ketika ada kontak (pertempuran) mereka mundur dan mulai menembaki dengan meriam lagi,” kata David Thaw. Sekitar 25 orang anggota pasukan penyerang telah tewas atau cedera sejak pertempuran dimulai pada akhir pekan, kata jubir itu. Dia mengatakan tidak memiliki informasi mengenai jumlah korban Karen.
Para pengungsi itu berlindung sekitar 100 kilometer sebelah utara Mae Sot, sebuah kota perbatasan yang terletak 380 kilometer barat laut Bangkok.
Pemerintah Thailand tidak mengizinkan mereka membangun kamp-kamp pengungsi di negara itu sehingga mereka mencari perlindungan di biara-biara Buddhis, kata Thaw.
Ketegangan sepanjang perbatasan Myanmar-Thailand telah meningkat dalam beberapa hari terakhir.