Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kudeta Itu Pun Gagal

Kompas.com - 06/06/2009, 08:08 WIB

BISSAU, KOMPAS.com - Seorang menteri pemerintah, Baciro Dabo, dan bekas menteri pertahanan Helder Proenca tewas dalam penangkapan Jumat (5/6) setelah mereka merencanakan upaya kudeta, kementerian dalam negeri mengatakan.
   
"Kami memiliki informasi tentang upaya kudeta yang sudah dilakukan oleh sekelompok pejabat politik, termasuk Dabo dan Proenca," kata satu pernyataan kementerian itu.
   
Proenca tewas "dalam tembak-menembak antara orang-orang keamanan yang dikirim untuk menangkapnya dan beberapa anggota pengawal pribadinya", dua dari mereka juga tewas, kata kemnterian itu, yang menambahkan bahwa bekas menteri tersebut diduga sebagai dalang kudeta itu.
   
Baciro Dabo, yang adalah menteri administrasi wilayah dan seorang calon dalam pemilihan presiden yang akan diadakan pada 28 Juni, ditembak mati di kamar tidurnya pada dini hari.
   
Kedua orang yang tewas tersebut termasuk di antara empat tersangka yang adalah anggota Partai Afrika untuk Kemerdekaan Guinea-Bissau dan Cape Verde (PAIGC) yang berkuasa, yang pernah menjadi satu-satunya partai di negara kecil di Afrika barat itu.
   
Menurut kementerian dalam negeri, para perencana kudeta itu bermaksud untuk "secara fisik menyingkirkan" Perdana Menteri Carlos Gomes Junior dan penjabat kepala staf militer, komandan angkatan laut Jose Zamora Induta.
   
"Itu dalam penangkapan yang diupayakan. Baciro Dabo dilaporkan telah melawan, bahwa ia dibunuh oleh sejumlah anggota pasukan bersenjata yang datang untuk menangkapnya," satu pernyataan resmi mengatakan.
   
"Antara pukul 3.30 dan 4.00 waktu setempat dan GMT, sekelompok pria berseragam tiba di rumahnya dan minta untuk berbicara dengan Baciro Dabo," kata kepala keamanan Dabo, Mamadou Saliou Djalo.
   
Sejumlah orang keamanan Dabo juga terluka akibat pemukulan dalam serangan itu, ketika tentara menembak dalam jalan mereka ke ruang tidur Dabo, menurut salah seorang dari mereka.
   
Dabo, 50, dekat dengan mendiang presiden Joao Bernardo Vieira, yang dibunuh oleh tentara Maret lalu dalam serangan yang tampaknya balas dendam karena ledakan bom yang menewaskan kepala staf militer.
   
Salah seorang pengawal Dabo, yang dilukai oleh tentara, mengatakan pada AFP bahwa "sekitar 30 orang dari mereka tiba dalam dua kendaraan". "Ada enam dari kami. Tiga tertidur dan tiga yang lain bertugas, termasuk saya sendiri. Kami semua dinetralkan dan dipukuli dengan keras," katanya.
   
Satu sumber medis mengatakan bahwa Dabo "tewas akibat empat peluru, tiga di perut dan satu di kepala. Itu adalah peluru Kalashnikov yang ditembakkan pada jarak dekat, yang memberi korban kesempatan sedikit untuk selamat".
   
Menteri untuk administrasi wilayah di negara Afrika barat itu bertugas memutuskan perbatasan distrik-distrik pemilihan dan mencalonkan gubernur-gubernur setempat.
   
Guinea-Bisssau telah dirusak akibat kudeta dan kekacauan politik sejak memperoleh kemerdekaan dari Portugal pada 1974. Vieira dibunuh pada 2 Maret oleh tentara, dalam serangan balas dendam beberapa jam setelah kepala staf umum militer, Jenderal Tagme Na Waie, tewas dalam ledakan bom di rumahnya.
   
Setelah pembunuhan kepala negara itu, ketua parlemen Raimundo Pereira, dengan cepat dilantik sebagai presiden sementara, sesuai dengan konstitusi, dan berjanji untuk mengadakan pemilihan dengan cepat.
   
Mahkamah agung telah mengesahkan 13 calon untuk ikut pemilihan presiden, dan salah seorang favorit untuk memperoleh kemenangan dalam pemilihan itu adalah bekas presiden sementara Malam Bacai Sanha, calon PAIGC.
   
Dalam beberapa tahun belakangan ini negara itu telah mencapai keterkenalan sebagai tempat transit bagi perdagangan kokain antara Amerika selatan dan Eropa, meningkatkan pertaruhan dalam perseteruan kekuasaan antara para pemimpin politik dan militer.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com