Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Para Militan Insyaf

Kompas.com - 01/05/2009, 14:18 WIB

RIYADH, KOMPAS.com — Abdulaziz al-Baddah tidak tahu apa yang akan dikerjakannya nanti setelah pembebasannya dari penjara milik AS di Guantanamo.

Dia diciduk di Pakistan pada Desember 2001 gara-gara bekerja untuk yayasan amal Al Wafa yang dituduh AS membantu keuangan Al Qaeda. Lalu, dia mesti menghabiskan waktu lima tahun di Guantanamo sebelum kemudian dibebaskan.

"Aku ingin pulang ke Arab Saudi sekalipun nanti aku mesti dihukum mati. Itu tak lebih buruk ketimbang apa yang terjadi di Guantanamo," katanya dalam wawancara yang diadakan oleh kementerian dalam negeri pemerintahan Saudi dan dilansir AFP.

Tetap saja, salah satu dari hal pertama yang diangankannya adalah kembali bersama keluarganya di Mekkah. Dia telah diwawancarai, disidik, dan menjalani pemeriksaan psikologi di Saudi, tapi semua itu berbeda dari yang diterapkan penjara AS. "Perlakuan di Saudi lebih manusiawi," kenang Baddah.

Setelah itu ia dikirim ke fasilitas rehabilitasi kaum militan yang baru dibangun Saudi, bernama Pusat Perawatan dan Bimbingan Pangeran Mohammed bin Nayef. Di sini, akunya, kebenciannya pada Amerika memudar, begitu pula hasratnya untuk aktif dalam gerakan militan. "Bagaimana aku bisa mendapat pahala jika aku membunuh orang tak berdosa," katanya mengulang ajaran di pusat rehabilitasi itu.

Salah seorang "lulusan" pertama pusat rehabilitasi inovatif di Riyadh ini mendapatkan pelajaran kunci bahwa keluarga dan negaranya adalah lebih dari segalanya dan merekalah yang menentukan keputusan jihad atau perang suci.

"Sebelum itu, aku percaya bahwa pekerjaanku di Al Wafa di Afganistan bisa membuatku syuhada jika aku mati, bahkan bila aku tak berperang. Tapi kini aku akan berpikir ulang untuk apa yang mesti kulakukan. Kemanusiaan juga melandasi konsep jihad," katanya.

Dengan merekrut sekelompok ulama terpilih yang menguasai ajaran Islam, pusat rehabilitasi militan Riyadh ini membimbing kembali para militan, baik yang dari Guantanamo maupun yang ditangkap di dalam negeri Arab Saudi, melalui dialog dan diskusi kelas untuk membahas apa itu jihad dan siapa yang berwenang menyerukannya.

Jawabnya, kata Sheikh Ahmed Hamid Jelani dari pusat rehabilitasi, adalah bahwa jihad mesti diputuskan oleh para ulama sepuh Saudi, disetujui raja dan kemudian mendapat izin orangtua pelaku jihad.

Terlahir kembali

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com