Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tank Itu Melindas Banyak Orang...

Kompas.com - 13/04/2009, 07:36 WIB

KOMPAS.com — Meski sudah 20 tahun berlalu, masih segar dalam ingatan Qi Zhiyong gambaran kekejaman tentara China di Lapangan Tiananmen. Asap gas air mata masih tercium menyengat.

Gambaran tank melindas orang masih jelas terekam. Luka tembak di kaki kirinya tetap terasa perih ketika mengingat tragedi Tiananmen.

Gelombang protes, yang dipimpin pelajar, bertahan hingga berminggu-minggu. Mereka menuntut kebebasan politik dan keseriusan pemerintah menumpas korupsi. Pada 3 Juni 1989, pemerintah lalu hilang kesabaran.

”Banyak orang dilindas tank. Genangan dan ceceran darah di mana-mana. Tank itu tak peduli, tetap saja jalan. Kalau teringat itu semua, perasaan saya masih bergidik sampai sekarang,” kata Qi (33), yang kini bekerja sebagai pekerja konstruksi.

Menjadi saksi mata kekejaman militer China sekaligus kehilangan kaki kiri mengubah Qi, yang semula pengikut setia Partai Komunis, menjadi aktivis yang mencoba mengungkapkan kebenaran dan fakta yang terjadi di Tiananmen. Tujuannya lebih sederhana, tetapi sulit mengingat Pemerintah China berusaha keras menghapus fakta sejarah Tiananmen. Karena perjuangannya ini, Qi lalu harus kehilangan pekerjaan, istri, dan kebebasannya.

”Generasi muda makan hamburger dan pakai baju merek terkenal. Ketika 4 Juni diperingati, mereka tak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Demokrasi itu untuk seluruh rakyat. Kita perlu sosialisasikan ini kepada rakyat agar mereka paham,” kata Qi.

Sampai saat ini pemerintahan China tidak pernah menawarkan penyelidikan tragedi Tiananmen. Pembicaraan tragedi Tiananmen di publik justru dianggap sebagai sesuatu yang tabu diungkit. ”Partai Komunis mengklaim menjadi penyelamat rakyat dan itu adalah tindakan paling mulia. Pemerintah mengakui peduli pada HAM, tetapi nyatanya mereka menembaki rakyat,” kata Qi.

Dibungkam

Perjuangan Qi amat berat, apalagi karena ia berjuang sendirian. Siapa pun yang berani bicara di publik mengenai Tiananmen lantas ”dibungkam” pemerintah. Seperti yang terjadi kepada bekas tentara China yang ikut terlibat dalam insiden 1989 itu, Zhang Shijun. Bulan lalu ia ditahan setelah diwawancarai kantor berita The Associated Press. Hingga kini nasibnya tidak diketahui.

Meski berkali-kali ditahan, Qi tak juga jera. Berbagai media dilayaninya. Segala tindak-tanduknya tak pernah lepas dari pengawasan agen keamanan. Rumah dan keluarga Qi pun ikut diincar. Bahkan, Qi kerap menerima ancaman. ”Hati-hati. Meski cacat, Anda bisa dipenjara tahun ini,” kata seorang agen. (AP/LUK)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com