Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

David Sempat Berteriak, "They want to kill me..."

Kompas.com - 02/04/2009, 08:09 WIB

 KOMPAS.com-BENARKAH David Hartanto Widjaja bunuh diri setelah menusuk pembimbing skripsinya, Prof Chan Kap Luk? Atau justru sebaliknya, malah dia yang dihabisi?

Indikasi mengarah ke kemungkinan kedua, yakni David dibunuh. Berbagai kalangan berharap pengumuman hasil autopsi oleh polisi Singapura hari ini, Kamis (2/4),  benar-benar objektif atau sesuai dengan fakta sebenarnya.

Ketua Tim Verifikasi kasus kematian David, Iwan Piliang menduga David dibunuh. Dia mengungkapkan hal itu melalui tulisannya dalam blog Kompasiana, setelah berbincang dengan Hartono Widjaja, ayah David, ketika diskusi diadakan oleh Christivita Wiloto, Selasa (17/3), pukul 13.30 WIB.

Sebelum ajal menjemputnya, David sempat berteriak ketakutan karena dikejar oleh beberapa orang dari ruangan Prof Chan Kap Luk (45) di jurusan Electrical Engineering, tempat David berkonsultasi mengenai tugas akhirnya. “They want to kill me, they want to kill me... they....” teriaknya.

Ayah David menuturkan, seorang perempuan pekerja di NTU menyaksikan  peristiwa itu. Tapi dia tak mengira itu sebuah teriakan minta tolong dan mengira hanya bercanda.  Perempuan itu menceritakan hal itu kepada ayah David di kampus NTU,  Senin 2 Maret 2009 sore. Namun Hartono enggan mengungkapkan namanya. “Jika saya sebutkan nama wanita itu kepada Anda, akan dibunuh pula wanita itu kini,” ujar Hartono kepada Iwan Piliang.

Agak mengherankan karena kepolisian Singapura tak membolehkan pihak keluarga yang ditemani pihak Kedutaan Indonesia di Singapura, melihat jasad David. Alasannya masih diautopsi.”Keesokan harinya saya kembali. Anak saya badannya dililit plastik, dibalut macam mumi plastik bening. Tetapi saya melihat lehernya diplester. Ada tiga baris plester,”tutur Hartono.

Tanggal 3 Maret, kedua orangtua David di Singapura, diminta membuat keputusan cepat, mengkremasi jasad atau membawa pulang ke Indonesia. “Entah mengapa kala itu, dalam keadaan kalut kami memutuskan mengizinkan kremasi,” kenang Hartono.

Sebagaimana dugaan banyak kalangan, Iwan juga menduga ada pihak yang ingin merebut hasil penelitian David. Ada konspirasi berlatar kepentingan ekonomi di balik kasus ini. Tugas akhir David berjudul “Multiview acquisition from Multi-camera configuration for person adaptive 3D display.” Riset David berhasil menemukan komponen yang bisa menayangkan obyek 3 dimensi yang bisa tayang di udara. Semacam hologram tiga dimensi yang bisa hidup di udara.

Kemampuan membuat gambar visual 3D itu bisa dimanfaatkan untuk teknologi intelijen, di mana sosok orang digital bisa diprogram masuk ke ruang tertentu, dipantau melalui kamera CCTV, gerakannya dipandu pemindai gerak (motion capture); dapat mengirim data, suara, layaknya manusia benaran yang sedang kita perintah bekerja.

Hasil penelitian ini juga bisa berguna bagi televisi 3 dimensi masa depan, yang dapat ditonton kasatmata, tanpa kacamata khusus. Jika benar itu yang ditemukan, implementasinya bisa macam-macam. Kita bisa saja ganti resepsionis di kantor dengan orang 3D.

Penelitian si penggemar game virtual itu itu mirip riset yang pernah dilakukan Lucas Art & Co. tentang teknologi 3D visual untuk kepentingan iklan, yang mampu tampil di udara. Itu artinya, software animasi 3D, sederhananya, yang semula hanya bisa membuat model dan tayang di komputer atau cuma direkam ke format film dan video, bakal bisa ditayang di udara.

Menurut Hartono, penelitian David sudah 90 persen final saat diserahkan kepada Prof Chan. Dia memang sempat ‘menghilang’ selama dua minggu, khusus untuk menyelesaikan riset itu. Kemudian soft copy dalam flash-disc-nya diserahkan kepada Prof Chan, sebelum dia menemui ajal dengan cara mengenaskan pada hari itu. Kini seluruh bahan hasil penelitian itu berada di tangan polisi dan Prof Chan. Laptop David juga disita polisi Singapura.

Penuturan petugas kebersihan di kampus NTU bahwa David berteriak, “They want to kill me...”akan diverifikasi oleh sekelompok penggiat citizen journalism asal Indonesia yang dipimpin Iwan Piliang. “Kalau kita dapat siapa ‘they’ (orang-orang yang mengejar David) itu, maka ceritanya bisa panjang,” kata Iwan.(edy)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com