Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Putus Sekolah, Jual Keperawanan Rp 170.000

Kompas.com - 04/08/2008, 07:47 WIB

SETAHUN yang lalu, Janet Kimani masih menghabiskan hari-harinya di sekolah atau bertengkar dengan adik laki-lakinya soal acara televisi. Tidak ada lain yang dipikirkan kecuali dunia anak-anak yang menyenangkan.

Namun, saat ini ia menghabiskan siang harinya dengan tidur karena malam nanti ia harus menjual tubuhnya. Ya, Janet harus mengaryakan tubuh kurusnya yang baru berusia 14 tahun demi 160 shilling Kenya (setara dengan Rp 27.000) untuk satu jam layanan syahwat.

"Sekarang banyak gadis seperti saya bekerja di jalanan," kata Janet ketika ditemui di pinggir jalan salah satu sudut Eldoret, sebuah kota di bagian barat Kenya, pekan lalu.

Prostitusi dan eksploitasi seksual saat ini sedang "naik daun" ketika kerusuhan berdarah mencabut nyawa lebih dari 1.000 warga Kenya akhir tahun lalu, termasuk di Eldoret. Kerusuhan itu menghancurkan perekonomian dan menyeret warga Kenya ke jurang kemiskinan.

Pada saat seperti itu, seperti di tempat lain, ribuan anak dipaksa meninggalkan sekolah dan bekerja di jalanan untuk menyambung hidup. Janet salah satu di antara mereka.

Tidak ada angka yang pasti berapa ratus atau ribu anak gadis terjerumus dalam prostitusi. Yang jelas, fenomena ini membuat miris para aktivis kemusiaan dan dokter karena sudah dapat dipastikan angka korban HIV/AIDS meroket.

"Dengan berjalannya waktu, kami mulai merasakan dampak konflik ini, yakni HIV dan AIDS," kata Teresa Omondi, Kepala Pusat Pemulihan Kekerasan Gender di Rumah Sakit Perempuan Nairobi.

Sebuah laporan yang dipublikasikan lembaga itu menjadi semacam tanda bahaya. Disebutkan, sudah ada ketakutan bahwa prestasi mengurangi prevalensi HIV di Kenya akan musnah sia-sia. Dewan Pengawas AIDS Nasional Kenya juga menggelar studi dampak kekerasan ketika perkosaan massal dan kejahatan seksual lain terjadi selama kerusuhan itu.

Sejumlah pekerja seks belia yang diwawancarai mengaku bekerja tanpa kondom karena saat ini persaingan semakin keras karena semakin banyak teman sebaya dan senasib mereka turun ke jalan.

"Memang kami biasanya pakai kondom, tetapi ada kalanya tidak," kata Milka Muthoni (17). Gadis ini sebenarnya butuh setahun lagi untuk menyelesaikan SMA, tetapi tekanan ekonomi membuat pendidikannya terhenti dan memilih menjual tubuh.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com