Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mao Zedong dan Yao Ming, Siapa Lebih Tenar?

Kompas.com - 13/06/2008, 07:56 WIB

HARI  pertama gelar olahraga terakbar di dunia, Olimpiade Beijing 2008, tim basket putra China akan bertarung melawan Amerika Serikat. Laga bisa saja dianggap sebagai simbol pertarungan abad ini, yaitu antara kekuatan besar yang sedang tumbuh abad ke-21 melawan kekuatan raksasa yang sudah perkasa sejak abad ke-20.

Anggapan itu tak salah. Sebanyak 18.000 kursi untuk laga 10 Agustus di stadion yang baru dibangun itu ludes terjual. Sebagian besar, tentu saja warga China, akan menyaksikan pahlawan mereka, Yao Ming, raksasa asal Shanghai (2,28 meter) yang sudah berjaya di kompetisi basket profesional AS, NBA. Dialah superstar China saat ini.
       
Sejarah China berubah demikian cepat. Tiga dekade lalu, Partai Komunis China (PKC) tidak membolehkan seseorang lebih terkenal ketimbang sang pemimpin besar Mao Zedong. Untuk menggambarkan betapa dia harus menjadi yang terbesar, Mao pun punya julukan lain, Matahari Paling Merah di Hati Kami. Bahkan sebuah poster propaganda menggambarkan pemimpin Revolusi Kebudayaan itu punya aura di tubuhnya menyerupai yang dipancarkan Yesus.
       
Kalau saja Yao sudah main basket waktu itu, ia tidak akan dikenal, tidak akan bisa main di Houston Rockets, apalagi menjadi bagian dari NBA All-Star. Tetapi sekarang, rakyat China, bukan partainya, bisa memilih siapa yang akan mereka puja. Sekaligus memuja apa yang dilakukan sang pujaan.
       
Ketika kultus individu terhadap Mao yang dibangun PKC belum pudar, rakyat China merengkuh kultus baru, yaitu orang-orang terkenal dan selebriti. Poster Mao masih menjadi pemandangan utama di Lapangan Tiananmen. Tetapi revolusi yang mengubah arah sejarah telah dicabut dari hati rakyat China dan digantikan oleh pesohor di dunia musik, olahraga dan film.
       
Pergeseran sejarah dari Mao ke Yao menggambarkan bagaimana China sedang menjadi tempat yang lebih leluasa bagi 1,3 miliar penduduknya. Sebagian besar rakyat China masih enggan mengkritik pemerintahnya di depan publik karena takut ditangkap. Namun secara individual, yang dulu pernah diberangus pemerintah, kebebasan memilih ini dianggap sebagai hak oleh kalangan muda.  Kalau dulu, era Mao, semua orang, laki-laki perempuan dipaksa menghormati kepemilikan bersama, sekarang, era Yao, dengan lantang orang muda berkata, "Inilah saya."

Kebebasan dan munculnya selebriti merupakan hasil dari keterbukaan sosial ekonomi secara gradual  sejak 1979. China memang miskin 30 tahun lalu, tetapi sekarang para pengiklan tidak ragu menguras kantongnya untuk mengontrak selebriti
       
Yao mengeruk jutaan dolar dalam setahun dan ini mendorong produk-produk mulai dari burger, laptop hingga soda untuk menggunakan namanya untuk mendongkrak brand. Tak mengherankan kalau kemudian majalah Forbes edisi China memilihnya menjadi warga negara itu dengan penghasilan tertinggi. Tahun ini saja diperkirakan pendapatan Yao mencapai 56 juta dolar. Di tempat kedua bertengger aktor kungfu Jet Li dengan penghasilan 35 juta dolar AS.

Orang-orang kaya semakin populer dan semakin berpengaruh, akibatnya pemerintah semakin susah mengatur mereka. Padahal di era Mao, orang-orang semacam ini hanya bakal dijadikan penjahat. Poster raksasa juara Olimpiade, Liu Xiang, terpampang di sebuah toko pakaian yang baru dibuka di pusat kota Beijing seakan menjadi pesaing gambar raksasa Mao di Lapangan Tiananmen.

Menurut Yue Xiaodong, profesor di Universitas Beijing yang mempelajari remaja China dan pemujaan idola, sekarang tidak masalah orang punya poster lebih besar dari Mao. Selama tidak dpasang di Lapangan Tiananmen, tidak ada yang peduli, katanya. "Itu sebabnya kaum komunis sangat populer di kalangan muda, karena mereka memberi harapan bagi anak muda untuk menjadi terkenal, glamor, kaya dalam semalam dan bisa menjadi individual, menjadi diri sendiri," kata Yue.       
       
Salah satu yang bisa disebut haus ketenaran adalah Allen Su Xing. Dari seorang China yang biasa-biasa saja, pemuda 24 tahun itu tiba-tiba merampok perhatian jutaan orang China. Bagaimana tidak, Allen mampu menerobos putaran final Superboy, ajang pencarian idola semacam American Idol.  Allen sanggup menyedot 2,5 juta suara untuk meraih posisi kedua.    

Meski hanya juara kedua, sudah cukup bagi Allen untuk merajut harapan sukses di karir bermusik. Sekarang ia lebih sering mengenakan kacamata hitam dan topi agar tidak dikenali di tempat umum. Ketika pulang dari konser di luar kota, ratusan penggemarnya sudah menanti di bandara, beberapa di antaranya sudah menyediakan bingkisan. Di apartemennya, Allen punya tiga kotak berisi ribuan surat dari penggemarnya. Ada yang disemprot parfum biar wangi  dan ada juga yang tertutup tanda hati. Semua ini terjadi sebelum ia meluncurkan album pertama, tahun depan.       
       
"Banyak orang berusaha keras untuk menjadi terkenal. Kami tidak ingin bagian dari mereka. Kami ingin orang-orang melihat kami sebagai individu," kata Allen dalam sebuah wawancara. Di lehernya tergantung kalung berhias manik-manik hitam dan perak pemberian salah satu penggemarnya.
       
"Di China, ketika seorang memperlakukan Anda sebagai seorang idola, itu berarti mereka mencari sesuatu yang mereka tidak punya, tetapi ada dalam diri Anda," kata Allen, nama yang diambil sebagai bukti bahwa ia penggemar bintang NBA Allen Iverson.
       
Lalu, karena tidak lagi bisa mengatur bintang mana yang disukai penggemar dan mana yang tidak, maka para pejabat PKC, untuk menunjukkan masih punya kuasa, menghukum para bintang yang mulai kebablasan.  Tengok saja Wang Zhizhi. Ia tampak sebagai sosok yang memang dilahirkan untuk menjadi pria kelahiran China pertama yang berlaga di NBA pada 2001. Namun karena menolak melapor kembali untuk menjalankan tugas sebagai anggota tim nasional basket China membuat para pejabat PKC marah. Wang pun langsung ditendang dari tim nasional.

"Ketika Ibu Pertiwi membutuhkan, dia tidak peduli bahwa itu baik untuk negara," demikian pernyataan Asosiasi Bola Basket China.       
Untunglah pengampunan masih tersedia. Dan, setelah minta maaf secara terbuka kepada rakyat China pada 2006, ia diizinkan kembali. "Saya mohon diberi kesempatan untuk memulai lagi," katanya waktu itu seperti dikutip media pemerintah. Sekarang, setelah sama-sama sembuh dari cedera, Wang dan Yao, mempersiapkan  diri untuk main bersama dalam timnas dalam Olimpiade Beijing.       
       
Korban lain adalah aktris Tang Wei. Kali ini bukan karena kesombongan, tetapi karena terlalu berani. Ia terlibat dalam film Lust, Caution yang disutradarai Ang Lee. Di situ ia berani beradegan seks yang cenderung eksplisit. Tak ayal, begitu film ini dilaporkan media, badan pengawas penyiaran pemerintah pun memerintahkan semua stasiun televisi di Beijing dan Shanghai berhenti menayangkan berita tentang Tang dan mencabut seluruh iklan yang menampilkan aktris itu. Menurut badan itu, telanjang demi ketenaran adalah contoh buruk bagi anak muda.       
       
"Anda harus mempertimbangkan hal-hal tersebut. Begitulah kenyataan di sini. Banyak orang memperhatian Anda," kata Allen.

"Kalau Anda mengatakan hal yang tidak seharusnya Anda katakan, saya pikir Anda tidak akan punya karier yang bagus. Kalau mereka mengatakan, Baiklah, kami tidak ingin Anda ada di TV, maka Anda tidak akan masuk TV," lanjutnya.

Ada lagi satu faktor penentu seorang artis bisa tenar atau tidak, yaitu internet. Tengok saja aktivitas Wang Jipeng. Di kantornya yang terletak di lantai 12 sebuah menara baru di Beijing, CEO dan pendiri iFensi.com ini punya andil besar dalam menentukan nasib para artis. Situs itu boleh dibilang sebagai one stop shop untuk berita-berita selebriti dan, tentu saja, gosipnya. Diluncurkan pada 2006, iFensi.com sudah mendulang 2 juta pengunjung tiap hari. "Dan, ini terus tumbuh tiap hari," kata Wang.

Dia memforsir tenaga untuk itu. Sampai pukul 14.00, dia belum sempat makan. Kotak makanannya yang berisi sayur dan nasi belum tersentuh. Di mejanya yang penuh barang, terdapat asbak yang separuh penuh. Pria 35 tahun ini sebelumnya menjadi pengajar studi media di Universitas Bohai, lalu berubah haluan menjadi 'penyebar gosip'.

"Orang percaya pada para bintang seperti mereka percaya pada Tuhan. Lalu saya tawarkan tuhan-tuhan kecil, para bintang yang dipuja-puja ini, dalam satu wadah. Jadi,  Anda bisa menyebut iFensi.com adalah situs penjual iman," lanjutnya.
      
Itulah resep menjadi pemenang. Situs ini mendapatkan hampir 1 juta pengunjung ketika pada Hari Valentin 2006 mereka menawarkan mawar seharga 60 sen untuk dikirimkan kepada para selebriti yang disukai. Ternyata ada seorang penggemar mengirim sampai 2.000 tangkai mawar dan ada selebriti yang mendapat 10.000 tangkai.

Kembali ke Allen. Xiao Feng adalah seorang perempuan yang menjabat direktur perencanaan pada sebuah perusahaan humas. Perusahaan inilah yang mengurus bagaimana cara mendongkrak ketenaran sang runner up Superboy. Setiap orang yang memanggil nomor ponselnya pasti akan mendengar beberapa bar lagu Allen sebelum panggilan dijawab.        
       
"Kalau dengan bintang besar, Anda cukup dengan melihat dari jauh. Tetapi dengan anak ini, kita harus terus berjalan bersamanya, dari remaja biasa-biasa saja, menjadi penyanyi dan mungkin menjadi bintang di masa depan. Kami melihatnya sebagai teman, sebagai adik," kata Xiao.
       
Xiao pernah memimpin kampanye unik menggalang dukungan buat Allen dengan berpawai di jalanan kota Beijing. Mereka mengenakan kaus dengan warna senada untuk menarik perhatian pada pejalan kaki hingga pengunjung mal. Harapannya adalah semakin banyak orang mengirim SMS untuk Allen. Kalau saja bukan untuk Superboy, tetapi untuk menentang kebijakan pemerintah, aksi ini pasti akan dikepung polisi atau malah ditumpas. Namun kata Xiao,  mereka tidak membuat persoalan. "Kami tidak menyebabkan bahaya apa pun. Kami hanya makan bersama, keluar bersama untuk mencari minum dan bersenang-senang," kata Xiao.       
       

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com