Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Gas Air Mata, Pengurai Massa dengan Dampak Berbahaya

Kompas.com - 02/10/2022, 18:30 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

Sumber Britannica

 KOMPAS.comSejarah gas air mata (tear gas/lachrymator) yang seringkali dipakai aparat keamanan untuk mengurai kerumunan massa yang berpotensi menimbulkan kericuhan dimulai pada Agustus 1914.

Dilansir Britannica, di masa Perang Dunia I itu, tentara Perancis untuk pertama kalinya menembakkan granat berisi gas kepada prajurit Jerman di perbatasan dalam apa yang disebut “Battle of the Frontiers”.

Granat gas itu dibuat ahli kimia Perancis untuk mengendalikan huru-hara dan membuat barikade mundur teratur.

Baca juga: Bentrokan di Masjid Al-Aqsa Kembali Pecah, Polisi Israel Tembakkan Peluru Karet dan Gas Air Mata

Seperti yang jamak diketahui hingga saat ini,
gas air mata bisa menimbulkan beragam reaksi berbahaya, seperti sakit mata, masalah pernafasan, iritasi kulit, pendarahan, hingga kebutaan.

Bahan utama dalam gas air mata adalah halogen sintetis, cairan yang bisa ditembakkan melalui beberapa senjata seperti granat dan spray.

Gas ini pun kian berkembang saat Amos Fries, pemimpin dari Chemical Welfare Service US Army, membuat senjata ini tak hanya berfungsi di medan laga, melainkan untuk menghadapi riuh demonstran.

“Lebih mudah dihadapkan dengan peluru dibanding dengan gas yang tak kasat mata,” kata Amos, menggembar-gemborkan produksinya.

Baca juga: Media Asing Soroti Aksi Polisi Tembakkan Gas Air Mata hingga Pengeroyokan Ade Armando dalam Demo di DPR RI

Masih dilansir Britannica, salah satu produsen gas air mata terbesar dan tertua di dunia adalah Lake Erie Chemical Company.

Perusahaan ini didirikan veteran Perang Dunia I Kolonel Byron “Biff” Goss.

Sejak 1930-an, Lake Erie Chemical Company menjual gas air mata di beberapa negara seperti Argentina, Bolivia, dan Kuba.

Banyak negara pun mulai menggunakannya untuk menghadapi massa.

Baca juga: Berusaha Bubarkan Konvoi Kebebasan, Polisi Perancis Tembakkan Gas Air Mata dan Beri Ratusan Denda

Meski begitu, badan HAM Amnesty International sudah secara tegas menggolongkan gas air mata sebagai hal yang berbahaya.

Tapi sejauh ini, fungsi gas ini masih belum ditemukan penggantinya, apalagi saat massa membludak dan aparat merasa perlu cara untuk mengurainya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Britannica


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com