Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bolshevik: Revolusi Rusia dan Lahirnya Negara Sosialis Pertama Dunia

Kompas.com - 09/11/2021, 21:07 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Historians

KOMPAS.com - Revolusi Bolshevik di Rusia terjadi pada 24 dan 25 Oktober dalam kalender Julian, sehingga membuat peristiwa ini sering disebut sebagai Revolusi Oktober.

Dalam Revolusi Bolshevik, kaum revolusioner kiri Rusia (Uni Soviet ketika itu) dipimpin oleh pemimpin Partai Bolshevik Vladimir Lenin. Dia melancarkan kudeta yang hampir tak berdarah, melawan pemerintahan sementara Duma (majelis perwakilan bentukan Nicholas II).

Baca juga: Sejarah Rusia: Pergolakan Kekuasaan Sejak Awal Berdiri, Masa Kekaisaran, hingga Saat Ini

Pemerintahan sementara dibentuk oleh sekelompok pemimpin dari kelas kapitalis borjuis Rusia. Tapi Lenin malah menyerukan pemerintah Soviet yang akan diperintah langsung oleh dewan tentara, petani dan pekerja.

Bolshevik dan sekutu mereka kemudian menduduki gedung-gedung pemerintah dan lokasi strategis lainnya di Petrograd. Pemerintahan baru dengan Lenin sebagai pemimpinnya terbentuk dan menjadikannya diktator negara sosialis pertama di dunia.

Namun menurut menurut Historians Revolusi Bolshevik bukan sekadar sebuah revolusi pekerja industri melawan sekelompok kecil kapitalis yang kuat.

Baca juga: Rusia: Kapal Perang AS di Laut Hitam Mengetes Kesiapan Moskwa

Ramalan Marx

Perubahan sistem pemerintahan di Rusia disebut di luar dugaan. Pasalnya, penulis sosialis Jerman, Karl Marx dalam karyanya yang paling terkenal “Capital and The Communist Manifesto”, meyakini revolusi komunis akan terjadi di negara industri maju, seperti Jerman atau mungkin Inggris.

Namun menurut Historians, sebenarnya tidak ada yang lebih cocok dengan formula revolusioner Karl Marx daripada yang dilakukan Uni Soviet pada 1917.

Pada waktu itu, Rusia adalah negara agraris yang terbelakang. Sebagian besar industrinya masih dalam masa pertumbuhan, dan sebagian besar dibiayai oleh modal asing, bukan modal asli.

Pada 1917 sebagian besar penduduk adalah petani, dan pekerja industri. Meskipun jumlahnya bertambah, kelompok ini masih merupakan minoritas yang sangat kecil di negara itu.

Baca juga: Mengenal Boris Yeltsin, Presiden Pertama Rusia Pasca-Uni Soviet Bubar

Sejumlah upaya telah dilakukan untuk memperkenalkan undang-undang tentang upah, jam, dan kondisi kerja. Ironisnya, para pekerja pabrik pada waktu itu hidup dalam kondisi yang mengenaskan.

Kesulitan ekonomi ini menyebabkan mereka memainkan peran yang jauh lebih besar dalam revolusi Bolshevik, berbeda daripada yang diharapkan mengingat jumlah mereka yang kecil.

Kelompok besar orang-orang kurang mampu di Rusia nyatanya bukan hanya kaum buruh industri, melainkan kaum tani.

Ketika mereka dibebaskan dari perbudakan pada 1861, para petani mendapat tanah dan janji akan kehidupan yang lebih baik. Pada 1914 hanya ada sedikit petani yang benar-benar tidak memiliki tanah.

Sebagian besar keluarga petani memiliki tanah baik secara individu atau sebagai bagian dari kelompok kolektif yang disebut mir atau komune. Tetapi kepemilikan mereka sangat kecil.

Akibatnya, sebagian besar dari mereka masih harus bekerja sebagai penggarap atau buruh tani, baik di perkebunan pemilik tanah besar atau di ladang petani kaya (yang dikenal sebagai kulak), atau di tanah milik negara atau milik Gereja.

Baca juga: Krisis Crimea: Sejarah dan Keterlibatan Rusia

Halaman Berikutnya
Halaman:
Sumber Historians
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com