KOMPAS.com - Sejarah mata uang Amerika Serikat (AS) tidak dimulai dengan dollar yang kini banyak dikenal sebagai alat tukar “Negeri Paman Sam”.
Pada periode awal koloni di Amerika, uang logam (koin) yang berasal dari Eropa, adalah alat pertukaran yang paling populer.
Penggunaannya bahkan lebih disukai dari emas batangan asing, menurut Eric P Newman dalam bukunya "The Early Paper Money of America".
Awalnya hanya koloni yang dapat mencetak dan mengeluarkan mata uang. Mata uang kertas lalu menjadi standar dan dikeluarkan pada tingkat federal oleh negara baru yang menjadi AS, dan sebelum Departemen Keuangan AS didirikan pada 2 September 1789.
Baca juga: Tak Sengaja Ditemukan, Game Mario Bros tahun 1988 Terjual Ribuan Dollar AS
Kata "dollar" ternyata sudah digunakan jauh sebelum dikenal secara luas digunakan sebagai nama mata uang AS.
Kata "dollar" adalah bentuk bahasa Inggris dari "thaler", kata Jerman yang berarti "orang atau benda dari lembah".
"Thaler" adalah nama yang diberikan untuk koin pertama yang dicetak dari tambang perak pada 1519 di Joachimsthal, Bohemia. Oleh karena itu, unit mata uang Amerika dinamai menurut nama mereka.
Dollar is derived from Joachimsthalers; silver coins minted in 1500s in Joachimsthal shortened to thaler which became dollar #TidBitTuesday pic.twitter.com/X8Tw4KpvWW
— RoyalAustralianMint (@RoyalAustMint) April 4, 2017
Baca juga: Apa Isi Tulisan Tangan Einstein tentang Hidup Bahagia yang Laku Jutaan Dollar AS?
Selama abad kelima belas, kota Bohemia Joachimintal, yang merupakan bagian dari Kekaisaran Romawi Charles V yang pada saat itu, terkenal dengan tambang peraknya.
Pada 1519, koin pertama yang dicetak dari logam ini menjadi bentuk mata uang utama yang digunakan dalam perdagangan di seluruh Eropa. Koin tersebut awalnya disebut "Joachimsthaler", tetapi kemudian disingkat menjadi "thaler".
Selanjutnya, berbagai versi adaptasi dari koin bermunculan dengan berat dan kehalusan yang serupa. Termasuk koin Inggris, peso Spanyol, dan koin-koin dari Eropa tengah lainnya.
Baca juga: Berharap Dapat Rp 700 Juta, Korban Black Dollar Malah Kehilangan Rp 300 Juta
Koin-koin peso Spanyol paling sering terlihat di koloni Inggris di Amerika Utara, karena kurangnya koin resmi Inggris.
Akibatnya, penjajah menggunakan koin asing apa pun yang mereka temukan untuk membiayai pengeluaran mereka.
Mereka bahkan mencetak uang kertas di koloni yang berbeda, sehingga menimbulkan perselisihan antara pemerintah Amerika dengan Inggris Raya. Masalah ini juga berkontribusi sebagai salah satu penyebab Revolusi Amerika.
Pemberontak mendanai perang dengan uang kertas, yang disebut "kontinental", yang mencakup mata uang "dollar" dan "pound". Uang kertas kehilangan semua nilainya setelah perang revolusi, tetapi tetap berfungsi sampai Amerika memenangkan perang.
Oleh karena itu, ketika Amerika memperoleh kemerdekaannya pada 1792, mereka memutuskan untuk menggunakan "dollar", yang dibagi menjadi ratusan sen, sebagai nama mata uangnya, bukan "pound".
Baca juga: Biden Bekukan Miliaran Dollar Cadangan Mata Uang dan Aset Afghanistan Setelah Taliban Berkuasa
Begitu mereka memutuskan koin mata uang yang akan digunakan, semua uang asing seharusnya kehilangan statusnya dalam waktu tiga tahun.
Namun, kelangkaan emas dan perak di negara itu pada 1797. Mereka memutuskan untuk memperpanjang kelonggaran penggunaan dollar Spanyol untuk jangka waktu yang tidak ditentukan.
Kondisinya berubah pada 1848, dengan adanya penemuan emas di California. Temuan ini menyebabkan penghapusan status kelonggaran dollar Spanyol sembilan tahun setelahnya.
Pasalnya, AS mengalami peningkatan besar-besaran dalam cadangan emas dan perak. Kondisi ini memungkinkan negara tersebut menarik produksi koin emas yang besar dengan logam yang melimpah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.