KOMPAS.com - Seluk beluk Afrika selalu menarik untuk diikuti.
Termasuk tentang keunikan suku-suku yang menghuninya.
Salah satu suku yang paling dikenal di Afrika adalah Suku San, yang menempati Afrika sejak zaman batu awal.
Baca juga: Mengapa Afrika Disebut Benua Hitam?
Dilansir berbagai sumber, sekitar 20.000 tahun yang lalu Suku San mulai meninggali Afrika.
Nenek moyang suku ini dianggap sebagai penduduk pertama wilayah Botswana.
Mereka menghuni Perbukitan Tsodilo, Botswana Utara. Tempat tinggalnya di gua atau di bawah tebing berbatu.
Suku San sendiri juga mendiami sebagian wilayah Gurun Kalahari hingga Sungai Molopo.
Di situ, alat-alat dan seni dari batu dibuat.
Baca juga: Profil Cyril Ramaphosa, Presiden Afrika Selatan
Istilah San dipakai untuk menyebut rumpun kelompok etnis di Afrika Selatan yang memiliki mata pencaharian sebagai pemburu-pengumpul.
Sejak kedatangan koloni Belanda, Suku San juga disebut Bushmen atau orang-orang semak.
Suku San awalnya menganggap julukan ini sebagai simbol heroisme karena keberanian mereka melawan kolonialisme Belanda.
Tapi, konotasi sebenarnya bermakna negatif, sehingga ditiadakan dari penyebutan.
Baca juga: Kisah Diktator Kanibal Kaisar Bokassa dari Afrika Tengah
Pada abad ke-17, penghuni Afrika Selatan terdiri atas tiga kelompok: pemburu-pengumpul (San), penggembala (Khoikhoi) dan petani (BaNtu).
Pada awalnya, San hidup berdampingan secara damai dengan penutur bahasa Nguni (kelompok sub-bahasa BaNtu; Zulu, Xhosa, Swazi dan Ndebele).
Namun, mereka lantas berperang melawan kelompok BaNtu. Ini ditambah datangnya penjajah Eropa.
Baca juga: Karakteristik Benua Afrika
Dari tahun 1950-an hingga 1990-an, beberapa orang San menjadi petani karena mengikuti program modernisasi pemerintah.
Suku San juga memberi banyak informasi untuk ilmu antropologi dan genetika.
Penelitian keanekaragaman genetik pada tahun 2009 menunjukkan San jadi salah satu dari lima populasi dengan tingkat keanekaragaman genetik tertinggi dari 121 populasi Afrika.
Pada 2010, sekitar 50.000 hingga 60.000 orang San masih bermukim di Botswana.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.