KOMPAS.com - Tempe sebagai makanan khas Indonesia juga populer di luar negeri, tetapi butuh proses panjang agar jadi terkenal seperti sekarang.
Konon, orang-orang Barat sudah mempelajari tempe sejak tahun 1800-an yang berlanjut ke Perang Dunia II hingga berbagai negara.
Melansir berbagai sumber, berikut adalah enam tahap tempe mendunia dan banyak dijual di luar negeri.
Baca juga: 7 Makanan Kesukaan Soekarno, dari Tempe sampai Pais Ikan
Mereka awalnya mempelajari pemanfaatan produk alternatif gula dari perkebunan gula Belanda pada akhir 1800-an.
Saat itu Indonesia masih berada dalam penjajahan Belanda, sehingga banyak penelitian dilakukan oleh orang "Negeri Kincir Angin".
Ketika Perang Dunia II berlangsung, ahli mikrobiologi Belanda, Van Veen, menjadi tahanan perang bersama banyak tentara Amerika oleh Jepang.
Van Veen mencatat selama studi pasca-perang, tempe jauh lebih mudah dicerna daripada kedelai yang dimasak biasa.
Dia menyimpulkan, tahanan perang yang menderita disentri dan edema nyawanya terselamatkan berkat tempe yang kandungan proteinnya sangat mereka butuhkan.
Baca juga: Jadi Makanan Favorit Presiden Soekarno, Ini 7 Jenis Tempe di Indonesia
Guru Besar Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Gadjah Mada, Prof Dr Ir Murdijati Gardjito, saat dihubung Kompas.com pada Selasa (8/9/2020) menerangkan, tempe mulai populer di Eropa pada era penjajahan Belanda di Nusantara.
Selanjutnya pada Perang Dunia II, Jepang menduduki Indonesia dan akhirnya mulai menggemari tempe.
“Lalu kemudian Australia juga mengembangkan penelitian mengenai tempe dan Amerika juga seperti itu, bahkan di Kenya mengembangkan tempe sebagai makanan yang bermanfaat,” jelas Murdijati.
Ia juga mengatakan, tempe adalah makanan dari Indonesia yang manfaatnya bisa dirasakan oleh bangsa-bangsa lain di dunia.
Dia mengembangkan metode fermentasi tempe dalam kantong plastik berlubang sebagai pengganti daun pisang yang biasa digunakan.