Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keturunan WNI Tanpa Identitas di Malaysia Bertemu Ibu Kandung Setelah 15 Tahun

Kompas.com - 26/02/2020, 21:18 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Editor

KUALA LUMPUR, KOMPAS.com - Seorang pemuda keturunan Indonesia yang hidup tanpa identitas kewarganegaraan di Malaysia terpisah dari ibu kandung sejak umur sekitar enam tahun. Kini, menginjak usia 22 tahun, ia berhasil dipertemukan kembali dengan ibunya.

Reuni perdana itu diawali dengan ledakan tangis sang ibu yang membelah kesunyian siang bolong di tengah kawasan perkebunan kelapa sawit di pedalaman Negara Bagian Sabah, Malaysia, pada Rabu (12/2/2020).

"Iwan anakku, kau anakku, kau anakku. Kasihan kau, Nak. Mama baru berjumpa kau di sini. Aku rindu betul sama kau, Nak Iwan," tangis sejadi-jadinya sang ibu, Hana Beddong, sambil memeluk erat pemuda tersebut.

Baca juga: Kisah Keturunan WNI Tanpa Kewarganegaraan di Malaysia: Tak Boleh Sekolah, Takut Ditangkap Polisi

Akan tetapi, sang anak, Iwan, sangat syok dan ragu. Oleh karenanya, ia hanya menangis, tetapi tak mengucapkan sepatah kata pun dan tak pula membalas pelukan kuat ibu.

Perempuan pekerja ladang kelapa sawit itu sampai perlu menarik kepala Iwan untuk disandarkan pada pundaknya dan juga tangan untuk dilingkarkan pada tubuhnya.

Tak merespons pelukan ibu dan hampir pingsan

Kedatangan Hana Beddong (48) ke tempat Iwan memang merupakan kejutan, dengan harus melewati jalan tanah dan berbatu yang berkelok-kelok di antara deretan hutan kelapa sawit dan karet.

Praktis tumbuh besar di pedalaman selama bertahun-tahun sebagai pekerja perkebunan sawit, Iwan masih tidak percaya bahwa sosok yang banjir air mata dan memeluknya itu adalah perempuan yang melahirkannya 22 tahun silam.

Dalam proses interaksi di atas bangku tersebut, Iwan pun lemas, pucat, dan hampir pingsan. Keringat bercucuran dari tubuhnya membuat kaus yang dikenakan dari ladang semakin basah kuyup.

Setelah kami yakinkan bahwa Hana datang setelah mengikuti pemberitaan BBC News Indonesia tentang kisah Iwan mencari keluarga awal Februari ini, ia lantas merespons tangisan dan pelukan ibu.

"Di mana saja kau, Nak? Padahal, kau ada di sini. Aku sayang betul kau, Nak Iwan. Mama rindu betul, aku sayang betul Nak sama kau. Aku tinggalkan kau ketika masih kecil, baru sekarang kita jumpa," ujar Hana seraya terus menangis dan membelai rambut anaknya.

Baca juga: Kisah Keturunan WNI Tanpa Kewarganegaraan di Malaysia (2): Dipukul Bapak, Akta Anak Tanpa Namanya

"Syukurlah jika ibu masih sayang sama saya," ucap Iwan terbata di tengah tangisnya.

Ia pun mengaku bahagia. "Dari kecil mencari orangtuaku (ibu), akhirnya aku sekarang jumpa juga." Demikian kata Iwan yang sebenarnya murah senyum dan tidak menunjukkan tanda-tanda kesulitan yang dialaminya, setidaknya dari luar.

Ibu dan anak itu sontak berpelukan erat dan menangis tiada henti. Mereka terlibat dalam percakapan intens penuh kerinduan dalam bahasa Konjo, bahasa daerah yang biasa digunakan di Bulukumba, kabupaten asal Hana di Sulawesi Selatan.

"Aku rasa memang tidak percaya sama sekali kan bahwa ini betul-betul orangtua saya (ibu). Jadi awalnya belum seberapa yakin, maka itulah pelukan saya pun tidak seberapa kuat sebab tak yakin bahwa ini adalah orangtua saya.

"Itulah mengapa aku terdiam, sebab betulkah orangtua saya tiba-tiba datang begini?" Demikian Iwan menjelaskan mengapa ia tidak langsung merespons pendekatan ibunya.

Lantas apa yang akhirnya membuat Iwan membalas gerak-gerik dan perkataan perempuan yang ada di depannya?

Baca juga: Evakuasi 188 WNI ABK World Dream Selesai, Semuanya Dinyatakan Negatif Corona

"Lama-kelamaan tadi memeluk, perasaan terus tersentuh. Tersentuh dan hati semacam berkata 'orangtua saya sudah dekat dengan saya'. Itulah kenapa saya menangis, terus peluk ibu. Sebab, saya sudah yakin itu orangtua saya, batin saya sudah tersentuh," ungkap Iwan sambil tersenyum.

Lain lagi dengan Hana yang mengaku sudah langsung percaya bahwa sosok yang ia tonton di saluran Youtube BBC News Indonesia beberapa hari sebelum pertemuan adalah anak kandungnya.

Dalam laporan kami tersebut, Iwan mencari ibunya yang sudah berpisah sejak kecil, dan keluarga besarnya yang berpisah sejak usia 12 tahun.

"Langsung menangis. Eh, anakku kah ini? Ini anakku! Langsung saya menangis. Kasihan betul.

"Yakin (anak saya). Namanya si Iwan. Pasal dia punya muka sama dengan saya. Betul itu anak saya. Yakin sudah," tegas Hana.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com