Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ditanya Apakah Benci Trump, Ketua DPR AS: Saya Mendoakannya Setiap Hari

Kompas.com - 09/12/2019, 09:11 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber Time

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Ketua DPR AS Nancy Pelosi membantah bahwa dirinya benci Presiden Donald Trump. Sebaliknya, dia terus mendoakan dia.

Penegasan itu dia sampaikan setelah mengumumkan telah memerintahkan komite House of Representatives meneruskan pemakzulan Trump.

Dia menjawab marah pertanyaan jurnalis Sinclair TV James Rosen ketika hendak meninggalkan podium dalam konferensi pers.

Baca juga: Ketua DPR AS: Pemakzulan Trump Jalan Terus

Saat itu, Rosen mengutip ucapan anggota DPR AS asal Republik, Doug Collins, bahwa sang presiden hendak dimakzulkan karena dibenci.

"Saya tidak benci siapa pun. Saya dibesarkan di keluarga Katolik. Jangan sekali-kali menyebut saya benci," kata Pelosi.

Dilansir Time pekan lalu, Pelosi menuturkan presiden 73 tahun itu adalah sosok pengecut karena tak membantu anak-anak yang ketakutan dengan kekerasan bersenjata.

Trump juga tak membantu Dreamers (sebutan bagi anak-anak migran yang lahir di AS)  maupun membantah telah terjadi perubahan iklim.

"Tapi itu tentang pemilihan. Ini adalah konstitusi di mana Presiden AS sudah melanggar sumpah jabatannya," tegas Pelosi.

Ketua DPR AS asal Demokrat itu mengatakan, iman Katolik yang dia punya membuatnya tidak bisa benci siapa pun.

"Saya mendoakan Presiden setiap hari. Jadi, jangan coba-coba menggunakan kata 'benci' itu terhadap saya," katanya.

Menyusul peristiwa dalam konferensi pers itu, Trump kemudian berkicau di Twitter menuduh Pelosi tengah panik.

"Dia jengkel karena kami punya 182 hakim baru hebat, rekor dalam lapangan kerja dan pasar," tutur presiden ke-45 AS itu.

Dia kemudian mengomentari ucapan Pelosi yang mendoakan dirinya setiap hari. "Saya tak percaya. Tak sedikit pun. Bantulah gelandangan di daerah pemilihanmu Nancy," katanya.

Baca juga: DPR AS Rilis Bukti Pemakzulan Trump, Seperti Apa Isinya?

Pada Kamis (5/12/2019), Trump marah setelah Nancy Pelosi mengumumkan sidang pemakzulan jalan terus.

"Tak bersalah. Demokrat radikal baru saja mengumumkan mereka bakal memakzulkan saya yang tak bersalah," ujar Trump.

Penyelidikan pemakzulan itu terjadi buntut percakapan telepon Trump dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada 25 Juli.

Pada percakapan tersebut, Trump disebut meminta Zelensky untuk menginvestigasi Joe Biden, calon rivalnya di Pilpres AS 2020.

Demokrat sebagai penguasa DPR AS hendak membuktikan apakah Trump terbukti menahan bantuan militer kepada Ukraina demi kepentingan politiknya sendiri.

Baca juga: Trump Tak Bakal Hadir di Sidang Pemakzulan Dirinya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Time


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com