BEIJING, KOMPAS.com - China menyatakan, mereka bakal membalas setelah Presiden AS Donald Trump menandatangani UU yang mendukung demonstran Hong Kong.
Presiden 73 tahun itu menekan UU HAM dan Demokrasi Hong Kong, legislasi yang mendapat dukungan bipartisan, baik di DPR maupun Senat AS.
UU itu memberikan wewenang kepada presiden untuk mengkaji status perdagangan yang secara khusus diberikan kepada salah satu pusat finansial dunia tersebut.
Baca juga: Trump Tanda Tangani UU yang Dukung Demonstran Hong Kong
Kementerian Luar Negeri China langsung bereaksi dengan memanggil Duta Besar AS, dan mengancam bakal memberikan "balasan tegas".
Selain itu, seperti dilansir AFP, Kamis (28/11/2019), Beijing meminta kepada Washington untuk tak menerapkan UU mendukung demonstran itu.
"Tindakan ini sangat keji, dan memiliki niat yang begitu menyeramkan," jelas Kementerian Luar Negeri dalam rilis resminya.
"China sangat mendesak kubu Amerika untuk membenahi kesalahan ini, dan segera mengubah pendirian mereka," jelas Kemenlu.
Sementara pemerintah Hong Kong menyatakan, mereka menyayangkan Trump yang memutuskan untuk membubuhkan tanda tangan.
Selain UU HAM dan Demokrasi, Kongres juga mengesahkan aturan melarang penjualan gas air mata dan peluru karet kepada polisi.
"Dua aturan itu secara jelas sudah bentuk intervensi urusan internal kami, dan memberi pesan salah kepada pendemo," ujar pemerintah.
Sementara kantor penghubung China di Hong Kong mengecam "aksi menjijikkan" itu, dan menyebut bakal memberi "makin banyak kekacauan" di Hong Kong.
Krisis yang terjadi Hong Kong terjadi sejak Juni, di mana awalnya massa menentang usulan UU Ekstradisi dari pemerintah.
UU yang bakal mengekstradisi kriminal hingga ke China daratan itu dianggap bisa menancapkan pengaruh Beijing di sana.
Meski otoritas lokal sudah memberikan sejumlah konsesi, bentrokan antara polisi dan demonstran makin meningkat.
Baca juga: Rencana Kerja Sama Hong Kong dan AS Berpotensi Tekan Laju Rupiah
Lebih dari 5.000 orang ditahan dan 1.000 di antaranya terjerat dakwaan, dengan jumlah mereka meningkat dalam dua bulan terakhir.