Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[POPULER INTERNASIONAL] Kapal Induk China Berlayar ke Selat Taiwan | Media Inggris Soroti Plastik di Indonesia

Kompas.com - 19/11/2019, 05:51 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

KOMPAS.com - Militer China menyatakan, kapal induk mereka yang merupakan produksi dalam negeri tengah melakukan pelayaran di Selat Taiwan.

Kabar itu dipandang Taiwan sebagai upaya untuk menekan mereka jelang pemilihan presiden yang akan berlangsung pada Januari mendatang.

Kemudian dari Inggris, media BBC menyoroti bagaimana plastik dari negara Barat telah "meracuni" jaringan makanan di Indonesia.

Kedua artikel itu bisa Anda baca dalam kabar populer internasional yang terjadi sepanjang Senin (18/11/2019) sampai Selasa (19/11/2019).

1. China Umumkan Kapal Induk Buatan Dalam Negeri Mereka Berlayar ke Selat Taiwan
China telah mengumumkan bahwa kapal induk mereka, yang hanya diberi kode "Tipe 001A", telah berangkat ke Selat Taiwan untuk "tes rutin".

Menurut angkatan laut, kapal itu sebatas melaksanakan latihan dan menggelar penelitian ilmah di kawasan itu, dan tak menargetkan pihak lain.

Namun Taiwan, pulau yang selama ini dipandang sebagai daerah yang harus disatukan oleh Beijing, menyoroti keberangkatan kapal induk itu secara tajam.

Mengapa demikian? Anda bisa menemukan jawabannya di sini.

2. Media Inggris BBC Sebut Plastik dari Negara Barat "Racuni" Makanan Indonesia
Media Inggris BBC memberitakan, sampah plastik yang dikirim dari negara Barat dan kemudian dibakar telah meracuni makanan di Indonesia.

Menurut kelompok pemerhati lingkungan IPEN yang melakukan riset, mereka menemukan adanya kandungan polutan bernama dioxin cukup tinggi.

Mereka pun menggelar pengujian terhadap telur yang ada di dua kawasan sekitar Surabaya, guna mengetahui polutan persisten organik (POPs).

Bagaimana hasilnya, Anda bisa membacanya secara lengkap di sini.

3. Diserbu Polisi, Demonstran Hong Kong Bakar Pintu Masuk Universitas
Demonstran di Hong Kong dilaporkan membakar pintu masuk universitas setelah polisi bergerak untuk melakukan penyerbuan.

Sekitar 200 pengunjuk rasa tetap berada di Polytechnic University, dan menembakkan panah hingga melempar bom molotov ke aparat yang menggunakan meriam air dan gas air mata.

Para demonstran melakukan perlawanan dengan penegak hukum mengancam bakal menembak mereka menggunakan peluru tajam jika terpaksa.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com