Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Media AS New York Times Soroti Pabrik Tahu di Indonesia yang Gunakan Plastik sebagai Bahan Bakar

Kompas.com - 16/11/2019, 21:24 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

TROPODO, KOMPAS.com - Asap hitam pekat disertai dengan bau plastik begitu kental tercium ketika mendekati sebuah kawasan di sebuah desa bernama Tropodo.

Di sana, lebih dari 30 perusahaan tahu menggunakan campuran plastik dan kertas sebagai bahan bakar, dengan sebagian besar datang dari AS.

Olahan kacang kedelai yang kaya protein itu diproduksi di halaman belakang. Namun, kekhawatiran pun muncul terkait dengan material bahan bakarnya.

Baca juga: Presiden: Industri Tahu Sumedang Masih Hadapi Masalah Kedelai

Dilansir media AS New York Times Kamis (14/11/2019), asap dan abu dari plastik yang terbakar menimbulkan konsekuensi racun.

Menguji telur ayam yang ada di sana, laporan dari aliansi kelompok lingkungan hidup Indonesia dan asing menemukan kandungan racun.

Termasuk di dalamnya adalah dioxin, polutan yang dikenal dapat menyebabkan penyakit kanker, Parkinson, hingga cacat saat lahir.

Warga setempat bernama Karnawi yang tinggal di dekat tujuh pabrik tahu, para pekerja bakal mulai membakar pada pagi buta hingga malam.

"Ini terjadi setiap hari, dengan asap itu selalu berada di udara. Saya jadi tidak bisa bernapas," ucap pria berusia 84 tahun itu.

Dalam laporan yang dirilis, telur yang dihasilkan oleh salah satu ayam dari Karnawi tercatat mengandung dioxin tinggi yang pernah terekam.

Kandungan dioxin dalamnya tertinggi kedua di Asia setelah telur yang dikumpulkan dekat Bien Hoa, bekas pangkalan udara AS saat Perang Vietnam.

Baca juga: Mencicipi Gurih dan Renyahnya Bisnis Tahu Krispi

Pada Perang Vietnam itu, Washington menerapkan Agent Orange, yakni menyemprot herbisida ke tanaman milik Viet Cong, dengan salah satu kandungannya adalah dioxin.

Sebutir telur dari peternakan Karnawi kandungan dioxin-nya melebihi batas yang diterapkan AS hingga 25 kali lipat, atau Eropa sebesar 70 kali lipat.

Lee Bell, salah satu penulis laporan dari International Pollutants Elimination Network berujar, temuan itu menggambarkan berbahayanya plastik bagi kesehatan manusia.

"Para pemangku kebijakan harus melarang pembakaran sampah plastik, mengatasi kontaminasi lingkungan, dan secara ketat mengontrol impor," jelasnya.

Baca juga: Ini Rahasia Tahu Sumedang dari Sang Perintis, Ong Kino

Adapun studi itu dilakukan oleh empat organisasi. Yakni Ecoton dan the Nexus3 Foundation asal Indonesia, Arnika dari Praha, Republik Ceko.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com