Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Trump Tuntut Pelapor yang Buat Dirinya Hendak Dimakzulkan Diungkap

Kompas.com - 04/11/2019, 13:46 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber AFP

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Presiden AS Donald Trump menuntut sosok "pelapor" yang membuat dirinya hendak dimakzulkan segera diungkap, seraya menyebut prosesnya "sampah".

Permintaannya muncul setelah Republik berusaha mengungkap si "whistleblower", dan menyerang kredibilitasnya setelah DPR AS melakukan penyelidikan.

DPR yang dikuasai Demokrat membuka investigasi setelah Trump dituduh meminta Presiden Ukraina guna menyelidiki rival politiknya, Joe Biden.

Baca juga: Akhirnya, Joe Biden Dukung Pemakzulan Presiden Donald Trump

Hanya disebut sebagai mantan pejabat intelijen Gedung Putih, si pelapor adalah yang mengungkapkan bagaimana Trump berupaya menekan Ukraina.

Baik di Twitter maupun kepada awak media, presiden 73 tahun itu mendesak supaya identitas whistleblower yang membuat dia akan dimakzulkan disebarkan.

"Dia adalah sosok anti-Trump yang begitu besar," katanya kepada awak media di Gedung Putih seperti dikutip AFP Minggu (3/11/2019).

Dia juga menghukum pejabat yang menentang Gedung Putih dengan bersaksi terkait skandal Ukraina, dengan menyebut mereka "bukan pendukung Trump".

"Jadi, seperti kalian tahu, ini sampah. Seluruh proses pemakzulan ini sampah. Si pelapor sangat salah hingga membuat Yang Mulia turun tangan. Ungkap identitasnya dan akhiri Pemakzulan Hoax!" tegasnya.

Serangan tanpa henti Trump kepada si pelapor terjadi setelah hasil jajak pendapat menunjukkan dia mulai rapuh, dengan penyelidikan DPR AS meraih momentum.

Survei dari NBC/Wall Street Journal menunjukkan sebanyak 49 persen publik AS percaya dia harus dimakzulkan, dengan 53 persen menerimanya.

Adapun polling Fox News memaparkan 49 persen ingian Trump lengser, dan 60 persen yakin dia meminta negara asing menyelidiki lawan politiknya.

Dengan berbagai keterangan mantan pejabat dan diplomat, sang presiden diyakini mendesak Ukraina untuk mencari tahu kesalahan Joe Biden.

Apalagi sempat muncul isu dia menahan bantuan militer 400 juta dollar AS, atau Rp 5,6 triliun, supaya Kiev menginvestigasi Biden dan anaknya, Hunter.

Kuasa hukum whistleblower, Mark Zaid, di Twitter menyatakan kliennya sudah menawarkan politisi Republik untuk menjawab secara tertulis.

Permintaan yang diberikan kepada anggota Komite Intelijen DPR AS, Devin Nunes, menekankan upayanya agar penyelidikan dilakukan nonpartisan.

"Beragam pesan Republik yang dipimpin Trump pagi ini menyoroti adanya permintaan agar identitas klien saya diungkap," papar Zaid.

Baca juga: Trump Klaim jika Dia Dimakzulkan, AS Bakal Perang Saudara

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com