Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korban Tewas Topan Hagibis di Jepang Capai 26 Orang, 31.000 Tentara Dikerahkan

Kompas.com - 13/10/2019, 20:17 WIB
Agni Vidya Perdana

Penulis

Sumber AFP

TOKYO, KOMPAS.com - Jumlah korban tewas akibat terjangan Topan Hagibis di Jepang telah mencapai setidaknya 26 orang, berdasarkan laporan pada Minggu (13/10/2019).

Sementara pemerintah telah menurunkan lebih dari 100.000 personel tim penyelamat, termasuk 31.000 tentara, yang bekerja hingga malam hari guna menemukan para korban lain yang kemungkinan masih terperangkap di bawah tanah longsor.

Topan Hagibis menghantam pulau utama Jepang, Honshu, pada Sabtu (12/10/2019), sekitar pukul 19.00 waktu setempat dan telah mulai meninggalkan daratan Jepang pada Minggu (13/10/2019) pagi.

Topan ini disebut sebagai yang terkuat dalam beberapa tahun terakhir, dengan membawa angin berkecepatan 216 kilometer per jam. Topan itu meninggalkan jejak kehancuran di setiap daerah yang dilaluinya.

Baca juga: INFOGRAFIK: Mengenal Topan Hagibis

Pemerintah menyebut jumlah korban tewas sebanyak 14 orang, dengan 11 lainnya masih hilang.

Namun media setempat melaporkan sedikitnya 26 orang kehilangan nyawa, sementara 15 orang masih belum diketahui nasibnya.

Banjir besar dilaporkan terjadi di Nagano, Jepang tengah, setelah sebuah tanggul jebol dan mengirim air dari sungai Chikuma ke lingkungan perumahan dan membanjiri rumah-rumah warga hingga ke lantai dua.

Militer Jepang mengerahkan helikopter untuk menyelamatkan orang-orang yang terjebak banjir dan bertahan di balkon tempat tinggal mereka.

Di kota Iwaki, Fukushima, upaya penyelamatan berakhir tragis setelah seorang wanita yang sedang diangkut ke tempat aman, terjatuh dan meninggal.

Baca juga: Mengenal Topan Hagibis, Dampak dan Fenomenanya...

Sementara di Kawagoe, barat laut Tokyo, petugas melakukan operasi penyelamatan selama berjam-jam untuk mengevakuasi ratusan orang dari sebuah rumah pensiunan yang terendam banjir hingga lantai paling atas.

Banyak korban tewas akibat dari tanah longsor dan banjir yang terjadi dalam semalam, dengan jasad para korban baru dapat ditemukan pada keesokan harinya setelah matahari terbit.

"Pemerintah akan melakukan yang terbaik," kata Perdana Menteri Shinzo Abe, tentang upaya penyelamatan yang akan terus dilakukan hingga malam hari.

"Tolong lakukan semua yang terbaik," tambahnya dalam pertemuan manajemen bencana, dikutip AFP, Minggu (13/10/2019).

Lebih dari 110.000 rumah masih tanpa aliran listrik pada Minggu malam, sehari setelah terjangan badai, sementara lainnya tanpa aliran air bersih, yang juga terputus.

Baca juga: Langit Ungu Jelang Topan Hagibis Jadi Tanda Bencana, Ini Penjelasannya

Saat puncak badai, lebih dari tujuh juta orang ditempatkan di bawah perintah evakuasi tak wajib dan puluhan ribu di antaranya memilih mengikuti perintah dan menuju ke tempat berlindung milik pemerintah.

Badan Meteorologi Jepang mengeluarkan peringatan bencana hujan tingkat tertinggi dan mengatakan perkiraan terjadinya hujan yang "belum pernah terjadi sebelumnya".

Terjangan badai berdampak pada rencana perjalanan selama musim liburan panjang akhir pekan di Jepang, dengan penerbangan terhenti dan kereta lokal maupun peluru di Tokyo ditangguhkan sepenuhnya atau sebagian.

Tetapi Minggu pagi, layanan kereta api telah berfungsi dan operasi perlahan dimulai kembali di dua bandara yang melayani ibu kota, meskipun banyak penerbangan tetap dibatalkan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com