Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menhan Rusia: Kita Tak Butuh Kapal Induk, Melainkan Senjata untuk Melawan Kapal Induk Musuh

Kompas.com - 23/09/2019, 15:23 WIB
Agni Vidya Perdana

Penulis

MOSKWA, KOMPAS.com - Menteri pertahanan Rusia Sergey Shoigu menegaskan bahwa negaranya tidak membutuhkan kapal induk yang menghabiskan anggaran besar seperti Amerika Serikat.

Hal tersebut lantaran Rusia tidak pernah memiliki rencana untuk menyerang negara lain. Menurut Shioigu, Rusia lebih membutuhkan persenjataan yang mampu menenggelamkan kapal-kapal induk musuh.

Militer Rusia sempat menerima kenaikan anggaran dalam jumlah besar beberapa tahun lalu untuk program persenjataan besar-besaran.

Namun penambahan anggaran dalam bidang militer itu telah dibatalkan dalam beberapa tahun terakhir.

Baca juga: Citra Satelit Ungkap China Bangun Kapal Induk Ketiga

Institut Riset Perdamaian Internasional Stockholm menempatkan Rusia sebagai negara dengan anggaran belanja pertahanan terbesar keenam di dunia pada 2018, setelah AS, China, Arab Saudi, India, dan Perancis.

Sementara Pentagon yang dihujani anggaran besar di bawah pemerintahan Donald Trump semakin jauh melampaui anggaran militer negara-negara lainnya di dunia sebagai negara dengan anggaran belanja pertahanan terbesar pertama.

Menteri Pertahanan Rusia Sergey Shoigu mencoba meyakinkan rakyat untuk tidak merasa khawatir dan bahwa pajak yang mereka bayarkan telah digunakan dengan sebaik-baiknya.

"Amerika Serikat menghabiskan banyak uang untuk membayar kontraktor militer swasta guna membangun kapal induk."

Baca juga: Politisi Iran: Kapal Induk AS Bisa Tenggelam dengan Rudal Akurat Kami

"Lalu, apakah Rusia benar-benar membutuhkan lima hingga sepuluh kelompok serang kapal induk? Mengingat kami tidak berniat menyerang siapa pun," kata Shoigu kepada surat kabar Rusia, dikutip Russian Times.

"Kita membutuhkan cara yang bisa kita gunakan untuk melawan kelompok serangan kapal induk musuh jika negara kita diserang. Dan itu jauh lebih murah serta efisien," tambahnya.

Menteri Shoigu juga mengkritik Washington yang kerap membenarkan tindakan intervensi militernya di seluruh dunia dengan mengatasnamakan kepentingan rakyat yang tinggal di negara yang menjadi sasarannya.

"Di negara-negara yang mereka tuju dengan 'membawa demokrasi', apakah lantas demokrasi berkembang (di negara itu)? Apakah itu Irak, Afghanistan, atau Suriah?" kata Shoigu.

"Dan yang pasti negara-negara itu bisa melupakan kedaulatan dan kemerdekaan mereka setelah Amerika terlibat," tambahnya.

Baca juga: Sedang Uji Coba, Kapal Induk Baru Inggris Berharga Rp 53 Triliun Bocor

Menteri Shoigu mengatakan bahwa AS tampaknya masih belum kehilangan minatnya untuk menghancurkan negara lain, baik melalui intervensi militer maupun cara lainnya.

"Rekan-rekan negara Barat kami senang menuduh Rusia mengobarkan 'perang hibrida' atau apap pun itu. Saya katakan negara-negara Barat-lah yang sebenarnya melakukan peperangan hibrida," ujarnya.

"AS saat ini berencana meninggalkan Afghanistan dalam setengah reruntuhan, dan pada saat yang sama mereka bekerja keras untuk menggerakkan hal-hal di Venezuela, semuanya tentu saja demi 'kemenangan demokrasi'," tambahnya.

Pernyataan Shoigu tersebut mengacu pada upaya AS untuk menggulingkan pemerintahan di bawah Presiden Nicolas Maduro dengan mendukung oposisi Juan Guaido, yang mengklaim dirinya sebagai presiden sementara negara itu.

Baca juga: Garda Revolusi Iran Diklaim Sukses Terbangkan Drone Mata-mata Melintasi Kapal Induk AS

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com